Mohon tunggu...
Muhammad Hamid Habibi
Muhammad Hamid Habibi Mohon Tunggu... Guru - Calon guru

Belajar lagi... Belajar mendengarkan, belajar memahami, belajar mengatur waktu, belajar belajar belajar... belum terlambat untuk belajar...

Selanjutnya

Tutup

Raket

Belajar dari Kekalahan di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2018

7 Agustus 2018   20:58 Diperbarui: 7 Agustus 2018   21:02 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejuaraan dunia bulu tangkis 2018 di Nanjing China memang telah usai. Indonesia gagal mencapai target, sebelumnya PBSI selaku organisasi induk bulu tangkis menargetkan setidaknya mendapatkan satu gelar juara. Namun kenyataan berkata lain, janganlah meraih satu gelar, di partai final tak ada satu pun wakil Indonesia yang berlaga alias gugur semua.

Kecewa sudah pasti, namun kita tidak boleh larut bahkan hanyut dalam kesedihan kekalahan. Sudah waktunya kita bangkit, biarlah kekalahan kemarin menjadi pemicu semangat para pemain kita di turnamen selanjutnya. Apalagi turnamen selanjutnya tak kalah bergengsinya dengan kejuaraan dunia yakni perhelatan Asian Games 2018.

Seperti yang kita ketahui bersama, kitalah yang menjadi tuan rumah event 4 tahunan level Asia. Demi mencapai target dari pemerintah yang mengharapkan finish sepuluh besar di klasemen akhir, maka para pemain bulu tangkis kita harus mulai berbenah. Apalagi sudah sejak lama buku tangkis selalu mempersembahkan yang terbaik bagi bangsa ini yakni medali emas. Begitupun di Asian Games kali ini, punggawa bulu tangkis juga mendapat tugas mulia yang sama yakni mendapat medali emas sebanyak-banyaknya.

Agar sukses di perhelatan Asian Games terutama di cabang bulu tangkis maka kita harus menjadikan kejuaraan dunia sebagai refleksi. Dimana selain mengevaluasi pemain yang berlaga, kita juga sekaligus memantau kekuatan negara lain yang akan berlaga.

Dilihat dari final yang berlangsung hari minggu kemarin sangat terasa bahwa kejuaraan dunia bulu tangkis didominasi oleh wakil Asia. Tak main-majn, dari 10 perwakilan yang berlaga di final hanya 1 wakil yang non Asia yakni Carolina Marin dari Spanyol sekaligus berhasil mencuri gelar di sektor tunggal putri. Selebihnya ada masing-masing empat wakil dari China dan Jepang serta satu wakil India.

Bahkan jika mau melirik ke babak semifinal juga terjadi dominasi wakil Asia. Dari 20 perwakilan yang berlaga, 19 di antaranya berasal dari negara-negara Asia, tak ada satupun pemain dari Denmark, inggris, Rusia dan lainnya yang biasa berlaga di level dunia. Tercatat dari 19 wakil di semifinal China paling banyak meloloskan pemainnya dengan 8 wakil, disusul Jepang 6 wakil, kemudian Indonesia, Malaysia, India, China Taipei dan Hongkong yang memiliki satu perwakilan saja.

Dengan begitu pemain-pemain yang berlaga di puncak kejuaraan dunia kemarin pastilah akan berlaga kembali di Asian Games nantinya. Dominasi Jepang dan China di tahun ini memang harus di waspadai, belum lagi adanya kejutan sari negara-negara lain seperti India, Malaysia dan Korea Selatan tak boleh dianggap remeh.

Mari kita tunggu bersama, apakah Indonesia akan kembali menelan hasil minus seperti di kejuaraan dunia kemarin?

Semoga saja tidak, karena kita masih menyimpan dua ganda legendaris Tontowi/Natsir dan Hendra/Ahsan yang sedang fokus latihan khusus untuk Asian Games. Serta masih ada dukungan supporter yang militan menjadi nilai plus saat punggawa kita berlaga. Mari kita berdoa agar para pemain memiliki mental baja dan pantang menyerah serta tak terbebani oleh target juara sehingga Indonesia bisa meraih medali emas lewat cabang bulu tangkis semaksimal mungkin. Amin... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun