Setelah gagal di Thomas dan Uber cup banyak pihak yang ingin perubahan di kubu timnas bulu tangkis Indonesia. Mulai dari porsi latihan fisik karena stamina pemain kita cukup lemah dibanding negara lain, serta adanya pelatih baru bagi timnas. Yang dimaksud pelatih baru di sini adalah menarik para pelatih bulu tangkis asal Indonesia yang telah sukses di luar negeri saat ini, sebut saja contohnya Rexy Mainaky, Hendrawan, Mulyo Handoyo dan lain sebagainya.
Tanpa mengurangi rasa hormat atas perjuangan para pelatih timnas saat ini, banyak netizen yang juga menyerukan perubahan ini. Tujuan utamanya jelas agar di sektor tunggal Indonesia bisa berjaya lagi seperti dulu kala.
Rasanya kita sudah sangat rindu mendengar nama Susi Susanti atau Taufik Hidayat yang sukses membawa nama baik Indonesia di berbagai turnamen bulu tangkis tingkat dunia. Rasanya juga sudah terlalu lama bulu tangkis Indonesia kehilangan gelat beregunya sebut saja Thomas dan Uber yang sudah belasan tahun tidak mampir ke negeri ini. Bahkan di Asian Games tim beregu putri terlahir mendapatkan emas pada tahun 1962 saat Indonesia menjadi tuan rumah. Dan memang di tahun itulah pertama kalinya bulu tangkis diperlombakan.
Selain mengganti pelatih ada beberapa hal yang harus PBSI selaku induk olahraga bulu tangkis kita lakukan. Berikut diantaranya:
Pertama, mencari latih tanding yang hebat.
Hal ini sudah terbukti efektif di sektor tunggal putra. Dimana mereka memiliki banyak pilihan ganda potensial. Mungkin saja salah satu rahasianya adalah memiliki teman latih tanding yang hebat di timnas. Sehingga permain ganda muda bisa lebih berkembang pesat. Lihat saja di timnas masih ada pasangan Hendra/Ahsan yang sarat pengalaman, serta ada Marcus/Kevin yang sedang memuncaki peringkat dunia. Tentu dengan adanya teman latih tanding seperti mereka akan muncul lagi ganda putra yang berpotensi juara.
Kedua, mencontoh metode olahraga lain untuk tingkatkan stamina.
Walau bermain di lapangan yang tak terlalu luas ternyata bulu tangkis sangat menguras tenaga. Apalagi saat menghadapi lawan yang sepadan, tak jarang pertandingan bisa berlangsung satu jam lebih. Untuk menyiasati hal tersebut, atlit timnas perlu dilatih agar staminanya terjaga. Mungkin kita bisa menggunakan metode latihannya sepak bola yang notabene pemainnya harus bermain setidaknya 90 menit. Untuk catanya ya bisa langsung ditanyakan ke prelatih sepak bola saja. Hehe
Ketiga, membangkitkan kembali potensi pemain senior.
Mungkin ini hal yang agak susah dan jarang digunakan. Alasannya jelas karena pemain senior alias tua memiliki stamina yang terbatas.Â
Sehingga banyak yang memilih pemain muda untuk dilatih dan dikembangkan daripada melatih kembali pemain senior yang sudah mencapai batasnya.Â
Padahal batasan seseorang itu berbeda-beda, lihat saja pemain China dan Malaysia yaitu Lin Dan dan Lee Cong Wei. Walau mereka berdua sudah termasuk tua, namun nyatanya mereka masih bisa memenangkan berbagai turnamen level dunia bukan? Berilah kesempatan kedua bagi pemain senior kita, mungkin tak semua bisa sukses tapi siapa tahu ada satu atau dua yang bisa mengharumkan nama bangsa ini lagi.
Keempat, mengirim atlet junior berlatih di luar negeri.Â
Memang Indonesia telah lama memiliki tradisi juara di olahraga bulu tangkis. Namun tak ada salahnya jika kita mengirimkan pemain muda kita untuk menimba ilmu di luar negeri misalnya ke China atau Jepang. Kita bisa lihat tunggal putri Spanyol Calorina Marin yang juga pernah berlatih di Indonesia. Memang tak akan mudah, karena ini sudah urusan antar negara. Namun jika berhasil maka harapab kita pada pemain junior nantinya akan semakin besar untuk menjadi juara.Â
Keempat hal ini mungkin bisa menjadi salah satu solusi atas macetnya prestasi di sektor tunggal baik putra maupun putri. Perlu diingat dalam pertarungan beregu, sektor tunggal memiliki peran sangat penting. Karena dalam 5 pertandingan setidaknya ada 3 wakil tunggal dan 2 wakil ganda yang memperebutkan poin.Â
Agar bisa juara di turnamen yang akan datang, memperbaiki sektor tunggal adalah hal mutlak yang harus segera dilakukan. Semoga Indonesia segera bisa juara lagi, amin.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H