Wall street cafe, rasanya ada yang familiar dengan nama salah satu tempat ngopi yang satu ini. Yups, Wall Street mengingatkan saya dengan jual beli saham, tepatnya Wall Street merupakan nama jalan yang ada di New York Amerika Serikat.Â
Jalan ini memang sangat terkenal karena banyak perusahaan keuangan yang berkantor di Wall Street ini. Nah ternyata Wall Street Cafe ini memang masih ada hubungan dengan saham karena sang pemilik adalah seorang trader dan sampai sekarang di Cafe ini masih ada kegiatan trading setiap harinya.
Cafe yang terletak tepat di depan SMA Negeri 7 Malang ini memiliki menu kopi yang beraneka ragam dan menarik. Tak hanya kopi hitam biasa, menurut Sam (bahasa malangan dari Mas) Yohan selaku pemilik menyampaikan bahwa kreatifitas dalam peracikan kopi harus terus dikembangkan agar rasa kopi lebih bisa diterima oleh masyarakat terutama oleh para remaja yang memang banyak di lingkungannya.
- Kopi Kelopo, Kopi yang satu ini menjadi ciri khas dari Wall Street Cafe. Menurut Sam Yohan kopi kelopo ini sempat booming saat penyelenggaraan MTD (Malang Tempo Doeloe) beberapa waktu yang lalu. Kopi yang dimix dengan santan serta gula merah ini menyedot perhatian pengunjung, tak kurang 500 cup kopi kelopo ludes dinikmati. Kopi ini menggunakan kopi lokal lo ternyata, tepatnya menggunakan kopi Robusta asli Tirtoyudo Kabupaten Malang. Kopi kelopo ini sebenarnya terinspirasi dari kopi santan yang ada di Jawa tengah, bedanya di sana menyajikannya dalam bentuk panas sedangkan kopi kelopo disajikan dengan es agar lebih nikmat saat diminum.
- Es Kopi Kipa, Kopi ini merupakan ekspresso yang dishake dan ditambah sirup vanilla agar rasanya lebih enak dan cocok dengan generasi muda. Rasanya memang segar dan kopinya tidak terlalu nendang jadi cocok bagi temen-temen yang bukan penyuka kopi sekalipun.
- Kopi andalan selanjutnya adalah kopi takar, kopi ini cukup unik karena menggunakan kayu manis sebagai sendok sekaligus sedotan. Takar sendiri dalam bahasa sumatera artinya batok alias tempurung kelapa. Memang secara penyajian agak mirip dengan Kopi Kelopo namun aroma khas kayu manis serta kopi yang digunakan menjadikan kopi takar ini pilihan yang tepat bagi penyuka kopi. Kopi takar sendiri menggunakan kopi Arabica dari Mandailing Natal Sumatera utara yang sudah dipadu dengan gula merah dan susu. Sayangnya saat saya berkunjung ke Wall Street ini si kopi takar sedang habis, namun mendengar penjelasan Sam Yohan saya jadi ingin mencicipi kopi takar ini suatu saat nanti.
Selain tiga kopi di atas ternyata masih banyak pengunjung yang memesan kopi tubruk alias seduhan kopi asli tanpa tambahan apapun, mungkin hanya diberi gula sesuai selera.
Secangkir kopi memiliki banyak inspirasi di dalamnya, tak lupa juga filosofi selalu lekat dalam sebuah kopi. Termasuk dalam pemberian nama Wall Street Cafe yang menyajikan kopi sebagai menu andalannya.Â
Berawal dari Sam Yohan yang bekerja sebagai karyawan pialang saham alias trader mulai 2004 hingga akhirnya 2010 hengkang karena ingin berkembang dan membuka kelas pelatihan saham yang sekarang bertempat di lantai dua Wall street Cafe.
Karena memang penyuka kopi akhirnya pada tahun 2016 mengeksplore kopi klebih mendalam sampai ke Jogjakarta. Bekerja sama dengan temannya yang juga seorang trader yakni Sam Dondi akhirnya tempat kopi berkonsep cafe ini lahir.Â
Sam yohan bertugas menyeduh dan menghidangkan kopi sedangkan Sam Dondi bertugas untuk meroasting kopi nya di bukit Dieng. Kopi yang dipakai pun banyak yang berasal dari Malang dan sekitarnya sebut saja kopi dari Tirtoyudo, Bromo, kaki gunung kawi dan lain sebagainya.