Mohon tunggu...
Muhammad Hamid Habibi
Muhammad Hamid Habibi Mohon Tunggu... Guru - Calon guru

Belajar lagi... Belajar mendengarkan, belajar memahami, belajar mengatur waktu, belajar belajar belajar... belum terlambat untuk belajar...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen : Santri, Kyai dan Septic Tank Pondok Kami (1)

5 Juni 2017   21:45 Diperbarui: 5 Juni 2017   22:16 6866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Aku mau rendang padang aja, asli buatan Indonesia.. kata Pak ustadz kemarin rendang itu termasuk makanan paling enak di dunia loo, keren kan?”

“Wuih jadi bayangin tempe ini jadi rendang ni, ngiler hehehe, kalau ente Fi, mau makan apa kalau dikasih gratis lagi” Imbuh Ogo.

“Kalau aku, yang penting bukan tempe goreng pasti kumakan dengan lahap...”

Mendengar jawaban Rafi kami tertawa tak terkendali, sampai tak sadar kalau Pak Kyai sudah di depan kami. Baru selesai pengajian pagi. “Astagfirullah” teriakku karena kaget ada Pak Kyai, tanpa dikomando kami langsung salim satu-satu sambil mringas-mringis dan berdoa dalam hati semoga saja tak dimarahi.

Beruntung setelah salaman Pak Kyai langsung pergi, kami pun lega dan meneruskan makan kami. Tentunya tanpa ada lagi guyonan kayak tadi, takut nanti ada hukumannya lagi.

*****

Beberapa hari setelah itu, pondok kami mendapat musibah bencana. Tenang dulu ini bukan bencana alam yang sampai memakan korban jiwa. Kami di pondok terkena bencana septic tank meletus. Saat tidak ada yang makai septic tank ini menyemburkan isinya, tentunya berupa (maaf) tai yang sudah dalam bentuk halus layaknya bubur kacang ijo yang jelas memancarkan bau khas yang sangat menusuk.

Bencana ini membuat gempar seluruh santri, langsung dengan gagah berani ada dua santri yang menyiram tragedi ini. dengan air berkali-kali closed disiram dan dibersihkan, beberapa saat memang cukup terkendali. Banyak kotoran santri yang perlahan mundur dan masuk ke septic tank lagi.

Namun hal yang terduga terjadi, saat siraman terakhir dicurahkan, terdengar bunyi “blootuk3x” seperti botol besar yang tenggelam terisi air, suara berasal dari wc kamar sebelah. Dan biyoor ledakan septic tank jilid dua terjadi dan menambah parah tragedi ini.

Tanpa menunggu waktu lagi langsung beberapa santri membantu menyiram closed di wc kedua, naas nya saat diguyur air, gantian WC ketiga dan terakhir di pondok kami meletus layaknya gurung merapi yang mengeluarkan lahar nya. Sempurna...

Dengan kejadian ini secara resmi ketiga WC yang kami punyai rusak dan tak dapat mengisi tabungan dari para santri. Setelah itu, kehidupan kami berubah. Sama seperti saat negara api menyerang semua kerajaan avatar. Kami seperti tertindas oleh perut sendiri, apalagi saat beol sudah tidak dapat di tahan lagi, terutama di pagi hari. Dimana kami harus membuang hajat ini? bayangkan saat ini ada sekitar 40 santri yang sedang menahan beol tanpa ada solusi...

****

Next chapter berisi tentang penderitaan santri dijajah beolnya sendiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun