KELULUSAN PPG: SEBUAH PENGAKUAN AWAL BUKAN FINAL
SITI HAMIDAH
Ketika sulit kita berharap diberi kecukupan. Dan itu manusiawi. Musibah bisa diubah menjadi berkah. Sebaliknya kecukupan bisa juga berubah menjadi kelalaian. Ketika kecukupan itu dipenuhi seringkali kita lalai. Inilah tantangan ketika apa yang kita inginkan tercapai dan menganggap ketercapaian itu sebagai final.
Sertifikasi guru dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah ketidakcukupan finansial sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja. Beruntunglah mereka yang telah mendapatkan sertifikasi setelah berbulan-bulan berjuang menjalani Pendidikan Profesi Guru (PPG). PPG ini diharapkan tidak hanya menigkatkan wawasan tapi juga membentuk kebiasaan kerja keras yang konsisten dilakukan untuk mencapai target tertentu dalam waktu yang relatif singkat. Sungguh menguras pikiran dan tenaga di tengah keterbatasan waktu dan fasilitas.
Selamat untuk mereka yang telah lulus menjalani PPG, semoga dapat membantu meningkatkan performa lembaga dan dapat menginspirasi rekan kerja. Semoga honor sertifikasi yang diterima selalu disyukuri dengan menjaga semangat kompetisi untuk membangun kolaborasi. Mereka memenangkan kompetisi melawan kesantaian, kemalasan dan ketidakpedulian.
Tapi tidak sedikit yang beranggapan keliru bahwa lulus dari PPG adalah sebuah peristiwa final; menang atas sebuah kompetisi dan berhak atas imbalan. Setelah kompetisi kehidupan berjalan seperti biasa sambil tetap mendapat imbalan berkala honor sertifikasi. Honor terus berjalan tapi semangat kompetensi sudah pudar. Lebih celaka lagi justru ada yang malah menjadi bagian dari masalah bukan solusi bagi lembaga.
Kelulusan itu justru sebagai awal melanjutkan tradisi belajar dan kerja selama PPG; belajar mencerna, mempresentasikan gagasan, merespon pembahasan dan bekerja di bawah tekanan secara konsisten dalam waktu yang panjang. Kelulusan itu sebagai awal bersyukur secara permanen dengan berbagi kembali pengetahuan yang didapat, menjadi referensi bagi kolega dan menjadi sandaran bagi lembaga. Bukan hanya selalu bernostalgia penderitaan menjalani PPG lalu menjadi benalu bagi lembaga dan pimpinan karena merasa terselamatkan oleh honor berkelanjutan.
Bekasi, 30 Desmeber 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H