Mohon tunggu...
Hamdiyatur Rohmah
Hamdiyatur Rohmah Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya, penulis artikel di majalah LPMP Jawa Timur, Nara Sumber Radio Suara Muslim Surabaya (93.8 FM)

I am a teacher, trainer, and speaker

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Akidah dari Sang Ayah

25 Mei 2019   13:15 Diperbarui: 25 Mei 2019   13:18 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akidah adalah sebuah fondasi akhlak yang paling dasar. Dalam Islam, akidah ini berarti keimanan kita kepada Allah SWT. Tokoh utama dalam keluarga yang memiliki kekuatan besar untuk menanamkan akidah adalah sang ayah. Karena ayah adalah sosok pemimpin, pelindung, dan bijaksana,  yang diharapkan keberadaannya akan menenangkan setiap orang dalam keluarga.

Dalam al-Qur'an tema pengasuhan disebutkan 17 kali berupa kisah dialog antara orangtua dengan anak. 14 kali menyebut ayah, 2 kali menyebut ibu, dan 1 kali tidak disebutkan (ditafsirkan dialog bersama kedua orangtua). Kali ini kita kita akan mengambil tiga kisah dalam al-Qur'an yang masing-masing memiliki keistimewaannya.

Pertama, kisah pengasuhan nabi Ibrahim AS. Siapa yang masih meragukan keteguhan iman nabi Ibrahim AS? Proses pencarian sang Pencipta yang dilakukan beliau, sungguh tidak akan ada bandingnya. Ibrahim meragukan kepercayaan leluhur dan berani berseberangan dengan ayahnya sendiri, sang pembuat Tuhan (patung). Hingga ia pun harus berhadapan dengan sang raja, dibakar hidup-hidup, dan tetap diuji dengan penantian panjang generasi penerusnya.

Dikala amanah sebagai seorang ayah telah diemban, nabi Ibrahim pun harus meninggalkan putera yang teramat disayangi. Peran siti Hajar sang ibunda, menceritakan kehebatan dan kegungan budi pekerti sang aya,h melekat dalam sanubari sang anak, Ismail. Hingga pada suatu hari pertemuan yang dinantikan pun tiba. Kebahagiaan yang baru dirasakan kembali diuji dengan perintah Allah SWT.

Dialog dilakukan antara ayah dan puteranya, "Anakku, ayah bermimpi mendapatkan perintah untuk menyembelihmu sebagai bukti rasa cinta ayah untuk Allah SWT".

Dengan tenang sang putera kesayangan menjawab kalimat ayahnya dengan sangat tenang, "Ayahku, jika itu perintah Allah SWT, maka mari kita laksanakan. Insha Allah kita akan termasuk sebagai golongan orang-orang yang baik".

Rasa cinta nabi Ibrahim kepada Allah SWT, menyandarkan segala sesuatu kepada-Nya, menyambungkan rasa cinta seorang ayah kepada puteranya dengan do'a-do'a, bahkan sebelum kelahirannya.
"Rabbi Hablii minas Sholihin", Ya Rabb ... anugerahkanlah hamba anak yang sholeh. Do'a dan ketaatan ayah kepada sang Pencipta, melahirkan generasi yang sholeh, sabar, santun, bijaksana, dan mencintai Allah SWT.

Nabi Ibrahim AS telah menjadi ayah yang meletakkan akidah kuat dalam diri putera-puteranya. Menjadi ayah yang bisa berdialog dan tokoh idola dalam ketaatan kepada Allah SWT sang Maha Pencipta.

Kedua, kisah pengasuhan nabi Ya'qub. Profil nabi Ya'qub dikenal sebagai pribadi yang lembut hati, kasih sayang kepada semua puteranya, kesabaran yang luar biasa, tunduk kepada Allah SWT dengan tingkat tawaddhu' yang super, mudah memaafkan, sangat pandai menjadi pendengar, dan mampu mendo'akan orang-orang yang berbuat tidak baik kepadanya.

Ketika Yusuf kecil sangat suka bercerita, sang ayah (nabi Ya'qub) selalu memperlihatkan antusiasnya dalam mendengarkan kisah puteranya. Nabi Ya'qub mengenal dengan baik semua kepribadian puteranya. Ketika Yusuf kecil bercerita tentang mimpi-mimpinya sang ayah mengajarkan dua hal kepadanya; mengenal potensi diri dan menjaga rahasia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun