Berteman menurut remaja muslim
Sebagai makhluk sosial, manusia pasti membutuhkan sosialisasi dengan lainnya. Meski di era digital saat ini, pertemanan terkadang lebih banyak terjadi di dunia maya. Beberapa kalimat yang harus membuat kita ingat bahwa kita WAJIB MEMILIH TEMAN adalah, "Kalau ingin melihat kepribadian seseorang, lihatlah dari pertemanannya.
Teman masa kanak-kanak, adalah pelajaran sosialisasi mengenal sosok dan karakter. Namun, dalam perkembangan pemikiran, ragam informasi, dan referensi anak-anak yang memasuki masa ABG harus kita kenalkan cara memilih teman yang tepat. Ada proses mengenal, memilih, mengambil resiko, dan juga belajar dari hikmah pertemanan. Sehingga ketika masa remaja dinamika pertemanan, anak tidak lagi mengalami masa "GAGAP BERTEMAN".
Mereka akan memiliki jiwa empati dan kebijaksanaan yang baik, memilih dengan alasan yang masuk akal, mempertimbangkan nilai-nilai keluarga, agama, budaya, dan tentunya nilai-nilai dalam masyarakat. Point BESAR dalam proses yang dijalani remaja saat berteman adalah, ia memiliki USAHA saat jatuh dan bangkit, baik UNTUK DIRINYA maupun UNTUK TEMANNYA.
"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa." (QS. Az-Zukhruf: 67)
Remaja, yang memiliki dinamika psikologis layaknya gelombang pasang-surut, besar-kecil, kuat-lemah dan terkadang hampir mampu "menghancurkan karakter", TETAP BUTUH orang-orang dewasa yang TERPERCAYA untuk berbagi masalah, pengetahuan, dan peranan sebagai DASAR BERPERILAKU untuk mereka.
Gaya gaul dan aturan agamaÂ
Islam mengajarkan keindahan dalam bersilaturahmi, pergaulan yang baik akan menghadirkan silaturahmi yang baik.
"Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak enak." (HR. Bukhari, no. 2101)
Dari hadits di atas bisa kita tarik hikmah bahwa "Pergaulan" kita juga mengukur kualitas hidup kita. Sebagai muslim, beberapa aturan dalam "pergaulan yang baik dan benar" juga sudah diberikan panduannya. Misalnya; Dilarang berduaan, bersentuhan fisik, menjaga pandangan, menarik perhatian yang menggoda (suara/pakaian/dandanan), dan lainnya.
"Katakanlah kepada laki-laki beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya." (QS. an-Nur: 30)