Pelatihan instruktur, pelatihan guru, dan beberapa pelatihan pendukung dilakukan untuk proses pemahaman ini. Bagi sekolah dengan sistem full day, seharusnya malah sama sekali tidak akan memiliki kesulitan dalam mengolah kurikulum 2013.Â
Project based learning, praktik presentasi, tugas kelompok, dan bahkan tantangan individu akan sangat memperkaya kegiatan tematik di sekolah. Siswa tidak perlu diberi beban pekerjaan rumah, karena konsekuensi Full Day School adalah proses pembelajaran tuntas di sekolah. Jika ada pekerjaan rumah, maka pekerjaan rumah tersebut harus melibatkan partisipasi orangtua sebagai bentuk dukungan kepada anak dan proses komunikasi keilmuan yang terjalin saat proses mengerjakan PR.
Pembahasan tentang waktu siswa yang tersita di sekolah, kemudian merenggangkan hubungan antara anak dan orangtua bisa dijembatani dengan kegiatan PR ini. Anak akan tumbuh sikap percaya dan kagum pada orangtua saat membimbing dia dalam belajar. Dan orangtua akan memiliki banyak kesempatan untuk melihat proses perkembangan pemikiran, kedewasaan, dan tentu saja menggali pengalaman-pengalaman belajar si anak tanpa anak merasa diinterogasi. Karena pendidikan merupakan sebuah proses, maka orangtua juga harus ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran yang dilakukan anak-anaknya.
Terlepas dari persoalan pro dan kontra Full Day School, sudut pandang positif tetap harus kita utamakan. Agar setiap peristiwa yang terjadi di negeri bukan menjadi peristiwa yang selalu mengagetkan, kemudian menghadirkan asumsi, asumsi kemudian menjadi opini publik karena begitu mudahnya media sosial kita selalu menawarkan ruang untuk berekspresi.Â
Dimas Kanjeng Taat Pribadi memiliki padepokan dan murid yang tidak sedikit. Potret dari "kepercayaan" manusia pada proses pendidikan yang bisa mengubah diri; pemikiran, perilaku, dan berujung pada pilihan atau pengambilan keputusan.Â
Untuk memberi bekal kepada siswa agar mampu mengambil keputusan yang bijaksana, di sinilah peran orangtua dan guru sangat dibutuhkan dalam membimbing anak untuk memiliki pola pikir yang benar. Tidak mendahulukan imajinasi, dan mampu mengolah imajinasi menjadi sebuah karya kreatif yang nyata dan memberi manfaat pada sekitarnya. Proses belajar yang menyenangkan wajib dihadirkan oleh orangtua dan guru, sehingga proses ini saling berkesinambungan antara dua pihak, rumah sebagai sekolah pertama dan sekolah sebagai rumah kedua.
Peristiwa yang silih berganti di negeri ini, akan selalu menjadi topik menarik untuk diskusi dalam kelas. Guru inovatif adalah guru yang mampu mengolah peristiwa di sekitar menjadi sebuah bahan pembelajaran yang tentu saja disesuaikan dengan jenjang kelas masing-masing. Dan merupakan salahsatu tugas guru juga untuk mewarnai peristiwa-peristiwa tersebut dengan muatan pelajaran karakter yang baik, agar menciptakan generasi bangsa yang berpikir mendalam, melakukan kajian empiris, mengungkapkan pendapat dengan santun, dan mengkritik dengan solutif.Â
Generasi ini harus diselamatkan dari pikiran instan, ucapan instan, dan perilaku instan yang hanya meniru tanpa mampu memahami makna alur peristiwa dalam kehidupan ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI