Mohon tunggu...
Hamdi
Hamdi Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pemerhati Sosial Budaya

Belajarlah dari kehidupan agar hidup kita berarti.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Corona yang Kutahu

2 September 2020   10:30 Diperbarui: 2 September 2020   10:31 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Bagaimana dengan Indonesia? Sepertinya nasib negeri zamrud khatulistiwa ini tak jauh berbeda dengan ke-22 negara tersebut mengingat jumlah kasus positif Covid-19 yang terus bertambah cukup signifikan.  Ini fakta yang mengerikan bro 'n sis, bukan halu. Makanya kita harus gercep keluar dari jebakan corona ini. Ayo bangun, jangan mager.

Denyut ekonomi, negara dan rakyat pun turut terganggu akibat ulahmu. Diperkirakan ada 3 juta pekerja dirumahkan dan di-PHK karena banyak perusahaan tutup terkena imbas Covid0-19. Angka tersebut adalah data bulan Mei 2020, sangat boleh jadi jumlah korban PHK sekarang jauh melampaui angka tersebut. 

Menurut Kepala BPS, Suhariyanto, capaian ekspor pada Mei 2020 merupakan yang terendah sejak 2016 dan posisi impor terburuk sejak tahun 2009. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2020 diprediksi terperosok cukup dalam berkisar minus 5,1% hingga minus 3,5% dengan titik tengah minus 4,3%. Prediksi angka minus pada dua kuartal berturut-turut ini membuat Indonesia di bawah bayang-bayang resesi. Ketidakpastian ekonomi semakin parah dengan penyebaran kasus positif Covid-19 masih berada di atas seribu kasus per harinya. OMG lagi!

Setali tiga uang dengan ekonomi, dunia pendidikan tak kalah pedih menerima imbas dari pandemi Covid-19 ini. Sejak dimulainya metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) alias belajar online banyak muncul kisah duka yang dialami oleh siswa maupun orang tua siswa. Kisah duka itu biasanya datang dari mereka yang tinggal di pelosok desa dan daerah terpencil yang (memang) sangat terbatas akses jaringan internetnya. 

Ada siswa yang terpaksa harus ke rumah gurunya atau ke kantor polisi (yang menyediakan akses internet)  agar bisa belajar online karena tidak punya uang untuk beli paket internet. Di daerah lain ada siswa yang terpaksa berjualan koran bahkan ada siswa yang nekat mencuri agar bisa punya handphone untuk belajar online. Luar biasa sekaligus miris melihat  perjuangan anak didik kita dalam mencari ilmu di masa pandemi.

Tak ada yang abadi di dunia ini, begitu pula dengan makhluk  super kecil yang bernama  corona.  Kita harus optimis bin pede bin yakin kalau virus corona akan segera berakhir. Banyak lembaga memprediksi virus ini berakhir bulan Juli lalu, bahkan ada yang memprediksi corona berakhir April -- Mei 2020, tetapi semuanya meleset. 

Belakangan muncul prediksi corona akan selesai Februari 2021. Semoga prediksi ini tidak meleset lagi. Memang virus yang satu ini bikin semuanya jadi gajebo (gak jelas bo..). Sudah ah, capek kalo ngomongin corona terus, gak ada habis-habisnya. Lebih baik kita hadapi saja semua kondisi ini dengan legowo sambil terus berusaha  semampu kita dan berdoa. Mari kita jadikan pandemi Covid-19 ini sebagai tantangan dan sarana untuk bisa lebih kreatif dan produktif daripada hanya berkeluh kesah plus sumpah serapah. Masih ingat kata-kata Bu Tejo yang ini?  Dadi wong ning solutip yo! Ayo, move on!

Keterangan :

*Tulisan ini dibuat untuk rubrik Kompasiana di harian Kompas.

**Penulis adalah seorang guru dan pemerhati sosial budaya. Tinggal di Depok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun