Konsumsi minyak goreng di Indonesia untuk kebutuhan industri dan rumah tangga terbilang cukup besar. Banyak pedagang kaki lima banyak yang menggunakan minyak goreng sebagai bahan baku produksi seperti penjual gorengan, telor gulung, batagor, pecel lele, ayam goreng dan nasi goreng.
United States Department of Agriculture (USDA) mencatat konsumsi minyak sawit di Indonesia pada tahun 2019 diperkirakan mencapai 12,75 juta ton atau sekitar 17% dari total konsumsi dunia yang mencapai 74,48 juta ton. Disusul dengan India 10,19 juta ton dan Cina sebesar 7,22 juta ton
Pada awal bulan Januari 2022 harga minyak goreng pernah menyentuh angka Rp19.000 sampai Rp24.000 per liter. Banyak masyarakat yang panik karena kenaikan harga minyak goreng ini. Lalu timbul pertanyaan apa yang menjadi penyebab naiknya minyak goreng
Sebagai salah satu negara penghasil kepala sawit terbesar tentu harus ada yang dibenahi agar kenaikan harga tidak berlarut-larut. Lahan kelapa sawit di Indonesia ada sekitar 14 juta hektar lebih, ada faktor external dan internal yang menyebabkan harga kelapa sawit ini naik.Â
Faktor eksternal disebabkan karena kenaikan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan pasokan bahan baku minyak nabati dunia menurun.
Faktor internal yang menyebabkan naiknya harga minyak goreng karena entitas produsen di Indonesia belum teraffiliasi dengan kebun sawit penghasil CPO dan produsen sangat tergantung harga CPO Global.
Untuk menyiasati agar harga minyak goreng tidak terus naik pemerintah sampai menerapkan harga minyak goreng Rp11.500 untuk minyak curah dan Rp14.000 untuk minyak goreng premium. Kenyataannya di lapangan baik di supermarket atau pasar tradisional harganya masih tetap tinggi karena alasan stok barang masih yang lama.
Kenaikan harga minyak goreng memang memberatkan, tapi bukan berarti Indonesia terus ketergantungan. Untuk konsumsi rumah tangga pelan-pelan penggunaan minyak goreng bisa mulai dikurangi dengan merebus, mengkukus, membakar dan menyangrai makanan. Selain mengurangi konsumsi lemak jenuh yang ada di minyak goreng cara memasak ini jauh lebih sehat dan hemat.
Untuk skala industri terutama makanan penggunaan minyak goreng masih amat dibutuhkan. Seandainya harga terus naik mungkin pilihannya antara menaikan harga jual atau mengurangi kualitas.Â
Masyarakat tidak harus lagi panik dalam membeli (panic buying) apalagi sampai menimbun demi meraup keuntungan yang besar. Harga minyak goreng masih bisa stabil selama jalur distribusi tidak terhambat dan tidak ada oknum yang bermain di belakang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H