Mohon tunggu...
hamdanyuafi
hamdanyuafi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sehat itu mahal maka usahakanlah untuk selalu bergerak baik pikiran maupun fisik terutama olahraga apalagi futsalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Candaan yang Berujung Polemik : Pelajaran Komunikasi Publik untuk Tokoh Agama

20 Desember 2024   17:17 Diperbarui: 20 Desember 2024   17:18 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada masa kolonial, Inggris mengejek budaya dan pendidikan India untuk menciptakan inferioritas. Homi K. Bhabha mengutip pernyataan Macaulay yang mengatakan, “Satu rak perpustakaan Eropa setara dengan seluruh literatur asli India.” Pernyataan ini bertujuan merendahkan nilai budaya India agar mereka merasa rendah diri. Di Amerika Serikat, ejekan juga digunakan untuk mempertahankan dominasi sosial kulit putih atas kulit hitam. Ketakutan akan persaingan membuat ejekan menjadi senjata untuk memperkuat diskriminasi secara halus (Ardiansyah, 2016).

Pelajaran untuk Tokoh Agama

Kasus Gus Miftah memberikan pelajaran penting tentang bagaimana seorang tokoh agama seharusnya menjaga ucapan di ruang publik. Sebagai pemuka agama, setiap kata yang diucapkan tidak hanya mencerminkan diri pribadi, tetapi juga membawa tanggung jawab moral dan etika. Candaan yang menyinggung atau merendahkan seseorang tidak hanya mencederai hati individu yang bersangkutan, tetapi juga dapat merusak citra agama yang diwakili.

Tokoh agama perlu mengingat bahwa forum kajian adalah ruang untuk membangun keimanan dan akhlak, bukan tempat untuk melontarkan candaan yang tidak pantas. Etika komunikasi yang baik adalah salah satu kunci untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan jamaah sekaligus mempertahankan kepercayaan publik.

Kesimpulan

Peristiwa olok-olok terhadap penjual es teh ini menjadi pengingat pentingnya menjaga etika dalam komunikasi publik, terutama bagi tokoh agama. Ucapan yang tidak pantas dapat menimbulkan polemik dan merusak hubungan antara tokoh agama dan jamaahnya. Oleh karena itu, setiap tokoh publik perlu lebih berhati-hati dalam bertutur kata, mengingat dampaknya tidak hanya dirasakan oleh individu yang terlibat, tetapi juga oleh masyarakat secara keseluruhan.

Referensi : 

Media, K. C. (2024, December 7). Polemik Olok-olok Penjual Es Teh yang Berujung Mundurnya Miftah dari Jabatan Utusan Khusus Presiden Halaman all. KOMPAS.com. https://nasional.kompas.com/read/2024/12/07/08440561/polemik-olok-olok-penjual-es-teh-yang-berujung-mundurnya-miftah-dari-jabatan

Oktavia, P. (2021). ANALISIS POLA KOMUNIKASI PEMUKA AGAMA MELALUI SIMBOL VERBAL MENGGUNAKAN MEDIA. 5(2).

Penjajahan Inggris di India – Idsejarah. (n.d.). Retrieved December 20, 2024, from https://idsejarah.net/2016/02/prnjajahan-inggris-di-india.html

Rohmah, E. I. (2023). Pasal Penghinaan Presiden dalam Bingkai Negara Demokrasi. Al-Jinayah Jurnal Hukum Pidana Islam, 9(1), 28–56. https://doi.org/10.15642/aj.2023.9.1.28-56

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun