I
Kemarau enggan pergi
Hujan enggan datang
Mereka sedang berkelahi
Manusia merasa korban
Ramai-ramai memaki
Ramai-ramai menangis
Ada juga ramai-ramai berdoa
Kemarau tersinggung
Hujan pun merasa risih
Mereka akur kembali
Dan kemarau merangkul hujan
Hujan di atas
Kemarau di bawah
Lahirlah dari rahim mereka
Banjir dan longsor
II
Anak-anak menanam
Yang merasa dewasa menebang
Si miskin secukupnya memungut
Yang kaya sepuasnya mengeruk
Ramai-ramai mencaci cuaca
Ramai-ramai memaki gelombang
Keserakahan dilupakan
Kemarau pun merangkul hujan
Hujan di atas
Kemarau di bawah
Menetaskan banjir
III
Ketika kemarau merangkul hujan
Hutan pergi menjadi buruh migran
Disurati asap tak hendak pulang
Betah di negeri orang
Tak kerasan di negeri sendiri
Dibayar mahal di seberang
IV
Plastik dibuang ke sungai
Sisa pampers dilempar ke kali
Selokan tersumbat
Laut berserakan sampah
Terjebak di perut ikan
Kita santap lagi plastik-plastik
Kristal-kristalnya merobek sel-sel tubuh
Diberi saran, dinding kayu digebuk
Lain kali kepalamu ditabuh
Ketika itu, kemarau kembali merangkul hujan
Mereka risau, dan menggelontorkan debit air melimpah
Air mata pun tumpah
Kita sama
Aku tak menyalahkanmu, dia, atau mereka
Hanyalah rakyat jelata yang haus ilmu dan pengajaran
TAPI
Mereka yang berpangkat, apa kehilangan nurani?
V
Menyalahkan itu gampang
Katamu
Ya, menyalahkan cuaca dan gelombang itu terlalu gampang
Mengembalikan hutan, itulah yang sulit
Ketika kemarau merangkul hujan
Biarkan kuberbisik pada tanah bebatuan
...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H