Mohon tunggu...
Hamdanul Fain
Hamdanul Fain Mohon Tunggu... Penulis - Antropologi dan Biologi

Membuat tulisan ringan. Orang Lombok.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Janji

11 Januari 2021   12:52 Diperbarui: 11 Januari 2021   13:03 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Janji itu meluncur sebatas gelombang dan menghilang
Rupanya ia menubruk sekat khayalan dan tidak bisa keluar ke alam nyata
Ialah angan-angan kosong
Lebih berbahaya daripada pepesan kosong
Karena dikelilingi halusinasi memabukkan.

Janji itu pernah menggoda gendang telinga
Membuat dada bedegup kencang
Dan dengan lantang meneriakkan sorak sorai euforia
Memenuhi dunia dalam berita
Namun semuanya menjadi basi, berjamur, berdatangan belatung.

Janji itu dibayar janji lain
Berulang-ulang sampai tidak tampak mana janji dan mana halusinasi
Ia yang memberi janji, terus saja naik ke puncak singgasana megah
Yang di bawahnya tampak lapuk dan pincang
Ketidakseimbangan itu, rupanya diganjal dengan menyelipkan nasib manusia
Diselipkan dengan menekuk punggungnya sampai merunduk
Rintihannya disumpal sedalam-dalam sumpalan
Hampir-hampir tembus ke kerongkongan.

Tidak ada lagi nyali menagih janji
Hanya benalu, beberapa burung gagak, serigala-serigala, dan beberapa anjing liar yang mencari makan dari muntahan-muntahan yang tercecer.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun