Beberapa waktu lalu, tidak sengaja membaca status whatsapp seorang kawan. Kebetulan dia redaktur di salah satu koran lokal ternama di Lombok. Isinya menceritakan pengalaman saat membuat kartu anggota. Seukuran kawan saya ini, mungkin lebih tepatnya bukan baru membuat kartu, tapi memperpanjang masa aktif kartu anggota perpustakaan daerahnya.
Kartu anggota miliknya, ternyata belum dicetak. Petugas dengan sopan meminta maaf dan menginformasikan, kemungkinan terjadi kerusakan pada printer atau tinta habis.
Tidak sabar menunggu beberapa hari lagi, kawan saya ini mungkin terdorong karena hausnya dia pada buku-buku perpusda, sampai akhirnya meminta ijin untuk memfoto file kartu anggota yang ada di sistem dan ditampilkan di layar monitor komputer.
Petugas sebenarnya sempat ragu, tapi kawan saya ini memang negosiator ulung. Luluh juga petugas dibuatnya. Di hati saya langsung berpikiran, jangan-jangan petugas itu masih mbak-mbak muda dan jomblo. Mana tahan dia menghadapi redaktur mirip artis ini haha...
Setelah upayanya berhasil, kawan saya ini langsung mengobrak-abrik aneka buku koleksi perpusda. Saya hanya mampu menduga saja, buku apa yang dia pinjam. Bisa saja buku yang berhubungan dengan matematika. Mungkin sebagai lulusan matematika FMIPA, dia rindu untuk mengupgrade bidang ilmunya yang tidak sejalan dengan pekerjaannya itu. Meskipun dia tidak pernah beranggapan ilmunya itu jauh dari bidang pekerjaannya itu. Karena menurutnya, aplikasi matematika sungguh banyak di dalam kehidupan sosial ini, dimana media cetak dan online memberitakannya.
Di hadapan petugas peminjaman buku, dia sodorkan buku yang ingin dipinjam. Petugas meminta kartu anggota, kemudian foto kartu anggota itu ia sodorkan ke petugas.
"Kok gak dicetak?" selisik petugas peminjaman.
"Gangguan katanya. Tapi dicoba saja dulu mbak. Kan data saya sudah masuk di sistem," jawabnya.
Petugas pun mencoba scan foto kartu anggota di handphone kawan ini. Akhirnya, bisa juga dia lolos untuk meminjam buku yang diinginkannya.
Berkaca dari pengalaman kawan ini, saya turut bertanya, sudahkah kartu anggota perpustakaan daerah di tanah air dialihkan ke dalam bentuk digital?
Betapa praktis dan menghemat tempat di dompet, apabila kartu anggota perpustakaan dialihkan ke bentuk digital. Selain itu, akan menambah praktis bagi anggota perpustakaan, karena cukup dengan membawa handphone yang sudah pasti dibawa kemana-mana.
Memang akan susah kalau seandainya baterai sedang drop dan tidak membawa charger. Sudah pasti tidak bisa meminjam buku. Sehingga, beruntung jika anggota perpustakaan mempunyai keduanya, baik kartu tercetak maupun file foto atau bahasa kerennya kartu digital.
Petugas pun dapat menghemat biaya cetak apabila yang diberikan adalah kartu digital. Jika perpusda sudah memiliki website, bisa diberikan link untuk mendownload kartu anggota dari manapun bagi yang sudah melakukan pendaftaran keanggotaan.
Nah, anggota juga mungkin perlu diberikan keleluasaan untuk memilih, cukup mendownload filenya saja atau berkeinginan juga untuk mencetaknya sekaligus, sebagai upaya jaga-jaga kalau ternyata handphone mati kehabisan baterai.
Sudahkah kartu anggota perpustakaan di daerah kalian beralih ke bentuk digital?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H