Menatap lembayung
Dan teringat masa kecilku
Dimana canda dan tawa
Mengisi hari-hari
Biarkanlah lembayung ini lebih lama
Agak tak temaram
Nestapa hati ini
Betapa indah mengenang masa kecilku
Bagaikan nirmala
Kini roda waktu terus berputar
Kenes nan bena walaupun berganti cendala
...
Indah barisan gemintang
Gemilang di angkasa
Pernah bermimpi
Di masa kecilku
Tentang hari esok
Untaian bahagia penuh hasta karya
Purnama menutup kerlap-kerlip
Dan seperti adanya
Bocah-bocah seolah dewasa
Bergumul di halaman
Kakek dan nenek terpingkal
Duduk dengan secentong kopi di berugaq
...
Pernah pun
Bermain suryakanta
Bahagia bersama sengatan mentari
Terpingkal terpana
Karena lembar-lembar kertas menyala
Bersenjata lidi bergetah pohon mangga
Memancing dengan tega
Capung-capung di udara
Ketika rintik-rintik mulai tiba
Melompat-lompat di rerumputan
Mengejar belalang
Nikmat nian dipanggang nanti sebelum pulang
Bercengkrama bersama hujan
Meskipun lebat
Berlarian di pematang sawah
Berkecipak memainkan air kali
Jernih berhanyutan
menunggang sebatang kedebong pisang
Betapa indah
Masa kecilku
Terima kasih Tuhan
...
(Berugaq: Serupa gazebo dari kayu ataupun bambu, kalau tiangnya empat kadang disebut sekepat, sedangkan untuk tiangnya enam disebut sekenem.
Kedebong: batang pisang.
Kata-kata dari bahasa sasak, suku asli yang ada di Lombok)