Berkerumun. Terheran-heran. Ini bukan demonstrasi. Hanya panggung tunggal dengan artis lulusan RSJ. Menurutnya itu Re'z'ear't' de sains and justi'z'e, namun di dalam negeri disalah artikan sebagai rumah sakit jiwa. Konon katanya.
"Barangsiapa tidak menanam tanaman minimal sepuluh bibit, kita jatuhi hukuman lima tahun penjara! " celoteh sang artis.
"Pejabat yang tanda tangan untuk tambah utang negara, jatuhi hukuman potong tangan!"
"Investasi harus dari pemodal dalam negeri. Kalau tidak, hancur digadai negeri ini!"
"Koruptor, pancung hidungnya!"
Begitulah, tanpa henti ceramah super mulia menurut dirinya sendiri dan kerumunan itu.
Sudah satu minggu ini dia mengoceh di depan gedung DPR. Sebab itu, seminggu pula ruang-ruang di dalam gedung DPR tidak berpenghuni.
Kemana mereka?
Awalnya anggota dewan yang terhormat begitu risih dengan ocehan dan penampilan bau busuk sang artis. Mendadak kunjungan kerja ke luar negeri untuk sekedar selfie dan menghamburkan uang negara. Dan lebih tepatnya, takut bin jijik kepada sang artis kita yang terhina ini.
Baru tiga atau empat hari. Anggota dewan yang terhormat malah buru-buru balik.
Apa sebab?
Ajudan melapor kalau sang artis tahu alasan sebenarnya mereka kunjungan kerja ke luar negeri. Diancam dilaporkan ke Komnasgen, Komando Nasional Orang Gendeng.
Seminggu sudah. Kerumunan tidak kunjung bubar. Jas dan dasi kini tergantikan sarung compang-camping, baju kaos bolong kucel dan bau.
Siapa mereka?
Anggota dewan yang terhormat sedang berguru kepada sang artis kita yang terhina.
-Habis-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H