Mohon tunggu...
HAMDANI, SE.,MSM
HAMDANI, SE.,MSM Mohon Tunggu... profesional -

Jurnalis & Akademisi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teori Champa (Jeumpa) Versi Raffles

3 Oktober 2013   06:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:04 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dari rangkaian syair di atas, maka jelaslah bahwa ada hubungan antara bumi Shahrnawi (Shahr Nawi) dengan Fansur yang menjadi asal muasal kelahiran Syekh Hamzah Fansuri dan tempat yang terkenal kafur Barus. Sebagaimana disebutkan di atas, Shahrnawi atau Syahr Nawi adalah anak daripada Pangeran Salman (Sasaniah Salman) yang lahir di daerah Jeumpa, di Aceh Bireuen saat ini.

Syahrnawi adalah salah satu tokoh yang berpengaruh dalam pengembangan Kerajaan Islam Perlak, bahkan beliau dianggap arsitek pendiri kota pelabuhan Perlak pada tahun 805 yang dipimpinnya langsung, dan diserahkan kepada anak saudaranya Maulana Abdul Aziz. Kerajaan Islam Perlak selanjutnya berkembang menjadi Kerajaan Islam Pasai dan mendapat kegemilangannya pada masa Kerajaan Aceh Darussalam.

Maka tidak mengherankan jika Syekh Hamzah Fansuri, mengatakan kelahirannya di bumi Sharhnawi yang merupakan salah seorang generasi pertama pengasas Kerajaan-Kerajaan Islam Aceh yang dimulai dari Kerajaan Islam Jeumpa. Menurut beberapa data dan analisis yang dikemukakan, bahwa hubungan antara Kerajaan-Kerajaan Islam di Aceh berkaitan satu dengan lainnya.

Pernyataan Syekh Hamzah Fansuri ini juga menjadi hujjah yang menguatkan teori bahwa Jeumpa, asal kelahiran Shahrnawi adalah Kerajaan Islam pertama di Nusantara.  Mengenai kebenaran teori ini tentunya menjadi tantangan buat peneliti selanjutnya untuk membuktikan, karena selama ini Kerajaan Perlak lah yang dikenal sebagai kerajaan Islam pertama di nusantara. []

- See more at: http://atjehtoday.com/article.php?art_id=731#sthash.Ced5b3XI.dpuf

Pengantar :

Tarikh atau sejarah yang akan dipaparkan berikut ini adalah rangkaian panjang dari tulisan ”SEJARAH PERJUANGAN UMMAH ACEH-SUMATERA” dari Serial Penelitian dan Penerbitan The Acheh Renaissance Movement, karya Al-Ustadz Hilmy Bakar Alhasany Almascaty, beliau adalah Pendiri dan Presiden Hilal Merah sebagai rekomendasi Mudzakarah Nasional Ulama, Habaib dan Cendekiawan Muslim ke XI di Medan Sumut.

Beliau juga merupakan Ketua Persaudaraan Pekerja Muslim (PPMI), Direktur R&D Universitas Islam Azzahra, Anggota Pleno Partai Bulan Bintang, Bendahara Umum Partai Daulat Rakyat, Pendiri dan Deputy Presiden Intelektual Muda Muslim Asia Tenggara. Dosen dan Direktur Institut Pendidikan Safa Malaysia, Ketum Yayasan Islam An-Nur NTB. Pernah aktiv di Pelajar Islam Indonesia (PII), Persekutuan Pelajar Islam Asia Tenggara (PEPIAT), dan beberapa jabatan penting lainnya.

Seri tulisan ini diserahkan beberapa waktu lalu kepada Hamdani yang merupakan seorang wartawan tabloid lokal di Aceh, untuk dipublikasikan, tentunya setelah diberi izin untuk diedit sedemikian rupa supaya layak dipublikasikan.

Sebagai informasi, ini adalah sebuah usaha untuk membangkitkan ”batang terendam” sejarah Aceh dari berbagai versi, tentunya ini tidak diklaim  sebagai mutlak benar, tapi setidaknya ini merupakan sejarah dari hasil penelitian yang ilmiah, tentunya tidak tertutup kemungkinan ada versi sejarah yang lain. Berikut ini adalah bagian pertama dari tulisan panjang yang direncanakan akan dipublikasikan dalam bentuk buku, yang saat ini masih dalam bentuk draft. Berikut adalah tulisan tentang teori Champa (Jeumpa) menurut versi raffles:

Gubernur Jendral Hindia Belanda dari Kerajaan Inggris yang juga seorang peneliti sosial, Sir TS. Raffles dalam bukunya The History of Java, menyebutkan bahwa Champa yang terkenal di Nusantara, bukan terletak di Kambodia sekarang sebagaimana dinyatakan oleh para peneliti Belanda. Tapi Champa adalah nama daerah di sebuah wilayah di Aceh, yang terkenal dengan nama ”Jeumpa”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun