Mohon tunggu...
HAMDANI, SE.,MSM
HAMDANI, SE.,MSM Mohon Tunggu... profesional -

Jurnalis & Akademisi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Nyata: Aku Diguna-guna Lajang Tua

29 Agustus 2013   15:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:39 1791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalan hidup terkadang tidak semulus jalan tol, ada saja rintangan dan halangan yang akan kita temui. Tetapi semua itu akan menjadi pengalaman yang berharga dan sejarah hidup yang akan membuat seseorang jadi lebih bijaksana pada masa yang akan datang kalau orang tersebut bijak memaknainya.

Ini adalah kisah hidup seorang wanita, yang diceritakan kepada saya beberapa waktu silam. Sebut saja namanya Melati, ia seorang wanita manis yang tinggal di sebuah desa di salah satu kecamatan di Kabupaten Bireuen, Propinsi Aceh. Melati harus menjali hari-harinya dengan penuh penderitaan karena harus menahan sakityang menggerogoti tubuhnya. Ada semacam penyakit aneh yang menyerang kedua payudaranya, yakni semacam tumor dan hal itu nyaris membuatnya menjadi wanita minder seumur hidup. Hal itu disebabkan karena menolak cinta sorang lajang tua satu kampungnya.Berikut penuturan lengkap Melati kepada saya.

Meski seorang wanita desa aku adalah seorang yang optimis dalam menghadapi hidup, bagiku menjalani aktivitas kehidupan adalah hari-hari yang sangat menyanangkan dan membahagiakan di tengah kehidupan keluargaku yang sangat bersahaja.Keluarga kami walau bukan orang berada tapi hidup dengan penuh rasa syukur setiap hari.Nyaris tanpa ada konflik keluarga yang berarti, kedua orangtuaku rukun-rukun saja meski hidup hanya pas-pasan. Pekerjaan orangtuaku adalah bertani seperti umumnya pekerjaan masyarakat di desaku.

Saat itu aku adalah seorang gadis belia yang sedang beranjak remaja, sedang mekar-mekarnya kata orang.Untuk ukuran desa, wajahku kata orang-orang tergolong manis, kulitku juga putih.Maka aku termasuk bunga desa di kampungku.Karena kecantikanku tersebutlah membuat banyak anak muda di desaku banyak yang menaruh hati padaku. Tetapi semua kuanggap hanya bunga-bunga kehidupan semasa remaja yang penuh gejolak.

Sehingga semua keinginan pemuda-pemuda kampungku kutanggapi dengan wajar-wajar saja, meski terkadang tersirat rasa bangga terhadap kenyataan ini. Hal ini wajar-wajar saja sebagai manusia.Tetapi kelebihanku tersebut tidak lantas membuatku sombong, aku tetap bersyukur kepada Allah atas segala kelimpahan rahma-Nya yang telah dianugerahkan kepada ku.

Dari sekian pemuda yang naksir aku, ada satu orang yang kelihatan sangat ngotot ingin memiliki aku namanya Agam (sebut saja demikian),umurnyasudah beranjak tua untuk ukuran lajang yang belum kawin, kutaksir mungkin sekitar 40 tahun lebih sudah usianya. Berkali-kali dia menyatakan perasaan cintanya terhadap aku. Tetapi dengan berbagai cara dan berusaha untuk tidak menyakit hatinya aku berusaha menolak keinginan Agam tersebut.

Sampai akhirnya bang Agam, demikian biasa kusapa tidak pernah lagi mengungkapkan rasa sukanya padaku. Aku merasa lega karena kupikir bang Agam sudah melupakan rasa cintanya terhadap aku.Tetapi ternyata dugaanku meleset ternyata dia masih menyimpan bara cinta terhadapku. Aku bingung, bukannya karena bang Agam sudah tua aku menolak cintanya padaku tetapi aku merasa tidak suka dengan sikap dan tingkah laku bang Agam, yang kata orang berperangai buruk suka berantam dan mengisap ganja.Bang Agam adalah preman gampong kata orang-orang.

Mengetahui kenyataan bahwa bang Agam masih menyimpan cinta padaku aku merasa bingung dan gamang.Sehingga untuk menghindari bang Agam aku terpaksa mengungsi ke rumah kakak perempuanku yang tinggal di sebuah kota kecamatan.Tinggal di rumah kakak membuatku sedikit merasa tenang dan damai dan bisa melupakan sedikit rasa cemas yang menghantui dada.

Setelah enam bulan aku mengungsi ke rumah kakak di kota, suatu hari aku harus pulang ke kampung karena kebetulan di kampungku sepupuku melangsungkan pesta perkawinan, jadi sebagai kerabat dekat tidak mungkin aku tidak menghadiri pesta tersebut.

Sebenarnya saat pulang aku agak cemas dan was-was juga takut ketemu dengan bang Agam.Ternyata apa yang kutakutkan terjadi juga, di sebuah persimpangan jalan menuju rumahku aku berpapasan dengan bang Agam, dia melihatku dengan sinis ada bara dendam sekilas terlihat di matanya.Cepat-cepat aku menundukkan pandangan tidak berani menatapnya. Takut dan kecut perasaanku saat itu.Dengan langkah cepat dan terburu-buru tanpa berani melihat ke belakang aku langsung menuju rumah.

Setelah pertemuan di simpang jalan dengan bang Agam aku selalu dilanda kecemasan yang luar biasa dan tidak biasanya, di rumah pesta pikiran dan perasaanku tidak tenang, sehingga buru-buru aku minta pamit.Aku merasa ada suatu bayang-bayang besar yang selalu menghantuiku, sehingga karena ketakutanku tersebut sampai-sampai keluar keringat dingin.Aku benar-benar takut, suatu ketakutan yang luar biasa.

Karena perasaan cemas dan takut yang berlebihan tersebut aku buru-buru kembali ke rumah kakak di kota, mungkin dengan kembali ke kota bisa sedikit meredam rasa takut yang kualami pikirku.Ternyata dugaanku meleset, malamnya saat tidur aku bermimpi buruk.Kembali aku cemas dan takut menghadapi hal ini.

Hari-hari setelah pertemuanku dengan bang Agam aku merasa ada sesuatu yang tidak beres, timbul pikiran apakah bang Agam mengguna-gunaiku karena aku menolak cintanya?Ah, buru-buru kutepis pikiran jahat itu, aku tidak boleh memvonis orang tanpa bukti. Dosa.

Ah, tanpa bukti?tetapi kenapa setelah pertemuan tempo hari tiba-tiba aku berubah? Aku merasa ketakutan dan cemas tanpa alasan?Menghadapi hal ini aku sering curhat dengan kakak dan beberapa orang yang kuanggap dekat.Walau ada sedikit perasaan lega tetapi tetap tidak bisa memberikan solusi.

Suatu hari aku merasa ada rasa nyeri pada kedua belah payudaraku,sakit sekali dan ini tidak biasanya.Aku merasa sangat cemas saat itu, aku mencoba melihat dan mengamati dengan seksama di depan cermin, tidak ada yang berubah terhadap payudaraku tetapi kenapa rasa itu menyergap tiba-tiba?

Semakin hari rasa sakit itu semakin menyiksa.Aku berinisiatif menceritakan kepada kakak, dan kakak menganjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter.Dalam perjalanan ke tempat praktek dokter aku selalu berdoa dan berharap mudah-mudahan ini bukan tumor atau kanker payudara. Karena kalau itu benar aku merasa semakin kehilangan harapan.Ternyata hasil pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa tidak ada gejala tumor atau sejenisnya, tetapi kukatakan bahwa aku kesakitan dokter tersebut bingung juga.

Setelah memperoleh hasil diagnosis awal hasil rembukan keluarga aku dibawa pada pengobatan alternatif, dukun lah. Ya, namanya usaha meski aku tidak yakin benar terhadap keampuhan pengobatan dukun aku tetap nurut juga sebagai anak.Seperti dugaan awalku, kalau dibawa ke dukun pasti aku dikatakan telah di guna-gunai.Ya, kata dukun aku telah diguna-gunai oleh seseorang karena sakit hati.

Saat itu aku semakin yakin bahwa yang mengguna-gunai aku adalah bang Agam, keluargaku juga punya keyakinan yang sama.Tetapi kami tidak menggugat atau menyerang balik karena kupikir semua itu pasti ada ganjaranya.Allah Maha Adil dan Mengetahui segala tingkah hamba.

Meski pengobatan dukun hanya mengarah kepada siapa yang mengguna-gunaiku tetapi penyakitku tidak kunjung sembuh, kedua payudaraku semakin membusuk dan mengeluarkan aroma yang tidak sedap.Sehingga terpaksa aku dirawat di rumah sakit, berhari-hari penyakitku semakin parah nanah yang keluar dari payudara semakin banyak dan perawat tiap hari menyedot untuk mengeluarkan segala kotoran yang ada di payudaraku.

Akhirnya meski secara medis tidak ada gejala tumor, dokter menyarankan kepada keluarga untuk melakukan operasi untuk mengeluarkan segala kotoran dan penyakit yang ada.Keluargaku setuju dengan saran dokter.Akhirnya aku dioperasi, seminggu pasca operasi aku diperbolehkan pulang.

Sampai suatu hari aku mendengar kabar bahwa bang Agam ditangkap oleh pihak kepolisian karena kasus ganja dan pemukulan yang dilakukannya.Sebelum ditangkap dia sempat juga dihajar massa sampai babak belur.Alhamdulillah dia telah mendapat balasan yang setimpal, seperti kata-kata bijak siapa yang menuai dia memanen.

Anehnya setelah penangkapan bang Agam aku merasa semakin baik kondisiku semakin fit, kondisi kedua payudaraku juga berangsur sembuh seperti sedia kala, meski agak cacat sedikit karena ada bekas operasi.Tetapi sampai saat ini aku tidak yakin bahwa kondisi membaik karena dioperasi atau ditangkapnya bang Agam. Entahlah! []

Catatan Penulis :


  • Tulisan di atas adalah asli hasil karya saya, yang terpublikasi saat ini  telah saya edit sesuai kebutuhan dan kondisi kekinian, supaya tetap aktual untuk bahan bacaan.Sebelumnya keseluruhan dan juga sebagian dari isi tulisan tersebut di atas sudah pernah dipublikasikan di Tabloid MODUS ACEH.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun