Kami lebih leluasa menciptakan impian dan cinta pada tanah ibu.
Kami akan menggarap sepetak tanah lagi tanah itu demi anak cucu,
Mengintip bintang di jendela. Seusai panen, mereka bernyanyi sekeras-kerasnya.
(Mahdi Idris, hal 21)
Dengan kehadiran Mahdi Idris dalam kancah sastra tanah air telah menambah literatur buku karya penulis Aceh dalam katalog Perpustakaan Nasional. Tak pelak, ia dalam beberapa tahun menghasilkan beberapa buku seperti kumpulan cerpen Jawai dan Lelaki Bermata Kabut. Mahdi Idris sangat piawai bercerita melalui buku, karena ia berangkat dari seorang penceramah di masjid, mengajar di kampus, dan kali ini Mahdi Idris berceramah dalam sebuah buku. Tentu akan menambah nilai sebagai sosok seorang penulis sekaligus ustaz yang menjadi imam bagi penulis lainnya dalam menjadikan rujukan buku karya Mahdi Idris.
Dalam buku Mahdi Idris juga menguak tirai betapa berjasanya Aceh bagi nusantara, Aceh serupa istri yang begitu setia kepada seorang suami yang bernama nusantara. Bisa dikatakan bahwa Mahdi Idris merupakan sosok penyair yang nasionalis, namun ia juga sangat mencintai tanah kelahirannya Aceh yang berjuluk Serambi Mekkah. Ungkapan batin penyair dapat terbaca pada puisi berjudul "Aceh" pada bait berikut:
Engkaulah wujud paling setia menemani kesenjaan
Beribu purnama telah kugenggam bersamamu
Di atas hamparan tanah dan air mata yang terpancar
Dari kelenjar mata berair bermusim waktu
.............................................................