Rempang Tanah Leluhur Melayu
Karya Hamdani Mulya
Rempang pulau nan indah
Mendayu tembang nyanyian Melayu
Begitu syahdu bersenandung rindu
Pulau nan elok berdendang tari
Tanah warisan leluhur
Permai dipandang mata
Rempang pulau rempah menu Melayu
Terasa sedap khas makanan
berhias daun pisang
Pulau dirindukan para musafir
yang bersafar
Rempang pulau nan indah
nun jauh di laut Malaka
Beriak gelombang
laksana tarian Melayu
Bersenandung damai di jiwa
Rempang bagaikan mutiara
Zamrut khatulistiwa
Tanah istimewa bersinar permata
Berbinar-binar mata yang memandangnya
Kapal-kapal berlabuh di dermaga
Air riak pun bertabuh-tabuh
Bergemericik memanggil
Ikan dan udang
Memungut rupiah para pelaut
Memungut asa di negeri subur
Namun engkau kini patah hati
Gelombang duka datang
Pulau rempang menjadi duka
Duka anak cucu
Bagi tiada arah melangkah
Aceh Utara, 1 Oktober 2023
Rempang Indah Berseri
Karya Hamdani Mulya
Rempang ramah menawan hati
Penuh kehangatan cinta
persahabatan antar sesama insan
Pulau nan indah
Ciptaan Ilahi ya Rabbi
Saat kudatang pertama kali
Tarian Melayu menjamu menanti
Kesejukan mengalir ke seluruh nadi
Seakan kuperoleh kedamaian di sini
Rempang raut wajahmu indah berseri
Membuat sejuta insan merindui
Saat senja turun keperaduan
Wajahmu semakin memukau
Disinari mentari terpancar kemerahan
di lereng-lereng bukit bunga berseri
Rempang, kumenatap laut birumu
Daun hijaumu, bunga-bungamu
Laksana sedang berjalan di taman impian
Kuberjalan mengelilingi pantaimu
Bersahabat dengan pasir putihmu
Bersama menjagamu
Rempang tanah Melayu
Pulau yang syahdu
Memungut rindu di dadaku
Lhokseumawe, 2 Oktober 2023
Air Mata Mata Air
Karya Hamdani Mulya
Belum kering air mata
berderai mengenang tsunami
Mata air bah datang menghanyutkan negeri
Menumpahkan secangkir air mata seorang ibu
Menangisi kepergian buah hatinya
bersama mata air mengalir deras itu.
Mata air mengalir deras laksana air mata seorang bapak
kehilangan sapi peliharaan, kambing,
dan ayam jantannya dihanyutkan banjir
meninggalkan luka di jantungnya.
Banjir itu laksana kiriman surat dari Tuhan
kepada hamba-Nya
agar senantiasa kita rukuk
serta sujud pada-Nya
Surat tak tertulis
Namun terbaca pada tanda-tandanya
Bagi hamba yang punya pikir
selalu merenungi ciptaan Allah Yang Maha Kuasa.
Aceh Utara, 15 Juli 2023
Bionarasi/ Profil Penulis
Hamdani Mulya lahir di desa Paya Bili, Kec. Meurah Mulia, Kab. Aceh Utara 10 Mai 1979. Alumni Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, FKIP, Universitas Syiah Kuala. Karya Hamdani Mulya dipublikasikan di harian Serambi Indonesia, Kutaradja, Waspada, Haba Rakyat, Majalah Fakta, Santunan Jadid, Seumangat BRR, Meutuah Diklat, dan Jurnal Al-Huda.
Puisinya juga terkumpul bersama penyair Indonesia dalam buku antologi puisi Dalam Beku Waktu (2003), Paru Dunia (2016), Yogja dalam Nafasku (2016), Aceh 5:03 6,4 SR (FAM 2017), dan Gempa Pidie Jaya (2017). Email tengkuhamdani@yahoo.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI