Pulau nan indah
Ciptaan Ilahi ya Rabbi
Saat kudatang pertama kali
Tarian Melayu menjamu menanti
Kesejukan mengalir ke seluruh nadi
Seakan kuperoleh kedamaian di sini
Rempang raut wajahmu indah berseri
Membuat sejuta insan merindui
Saat senja turun keperaduan
Wajahmu semakin memukau
Disinari mentari terpancar kemerahan
di lereng-lereng bukit bunga berseri
Rempang, kumenatap laut birumu
Daun hijaumu, bunga-bungamu
Laksana sedang berjalan di taman impian
Kuberjalan mengelilingi pantaimu
Bersahabat dengan pasir putihmu
Bersama menjagamu
Rempang tanah Melayu
Pulau yang syahdu
Memungut rindu di dadaku
Lhokseumawe, 2 Oktober 2023
Air Mata Mata Air
Â
Karya Hamdani Mulya
Belum kering air mata
berderai mengenang tsunami
Mata air bah datang menghanyutkan negeri
Menumpahkan secangkir air mata seorang ibu
Menangisi kepergian buah hatinya
bersama mata air mengalir deras itu.
Mata air mengalir deras laksana air mata seorang bapak
kehilangan sapi peliharaan, kambing,
dan ayam jantannya dihanyutkan banjir
meninggalkan luka di jantungnya.
Banjir itu laksana kiriman surat dari Tuhan
kepada hamba-Nya
agar senantiasa kita rukuk
serta sujud pada-Nya
Surat tak tertulis
Namun terbaca pada tanda-tandanya
Bagi hamba yang punya pikir
selalu merenungi ciptaan Allah Yang Maha Kuasa.