Mohon tunggu...
Hamdani Mulya
Hamdani Mulya Mohon Tunggu... Guru - Penulis dan Guru SMAN 1 Lhokseumawe, Provinsi Aceh

Menulis artikel Sastra, Linguistik, dan Esai "Menulis adalah mengukir sejarah dalam kenangan wajah zaman." (Hamdani Mullya)

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Tgk. Ibrahim Pmtoh Membangun Khazanah Sastra Melayu dengan Hikayat

5 November 2024   10:18 Diperbarui: 5 November 2024   19:42 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tgk Ibrahim Pmtoh Membangun Khazanah Sastra Melayu dengan Hikayat

"Janganlah anda malu memiliki ayah seorang pembaca hikayat, seharusnya anda bangga punya ayah seorang pembaca hikayat. Ayah anda Tgk. Ibrahim Pmtoh adalah pahlawan budaya Aceh."(Muda Balia, 2016).

Itulah beberapa kalimat yang pernah ditulis oleh Muda Balia seorang pembaca hikayat Aceh yang pernah mendapat rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), ketika berkenalan dan bincang-bincang dengan saya seputar perkembangan hikayat Aceh melalui media sosial pada pertengahan bulan April 2016. Terinspirasi dari kata-kata Muda Balia yang menggugah perasaan itulah tergerak hati saya untuk menulis kisah ini. Kisah perjuangan dan perjalanan karier Tgk. Ibrahim Pmtoh seorang pembaca hikayat Aceh yang patut diberikan penghargaan sebagai sosok yang telah berjasa membangun peradaban budaya Aceh dengan hikayat.

Salah satu seni tutur Aceh yang diwariskan kepada Tgk. Ibrahim Pmtoh adalah seni budaya hikayat Aceh yang diwariskan oleh Tgk. Adnan Pmtoh pada era tahun 1980-an. Tgk. Ibrahim Pmtoh belajar memperdalam kepiawaian dalam bermain pmtoh kepada Tgk. Adnan selaku gurunya secara langsung atau tidak langsung, karena figur yang diidolakan oleh Tgk. Ibrahim dalam berkesenian ketika itu adalah sosok Haji Adnan. Dapat juga dikatakan bahwa Tgk. Adnan Pmtoh merupakan guru ideologis dari Tgk. Ibrahim Pmtoh. Pada era tahun 1980-an saat itu ketika semarak hikayat meriah dibaca di kampung-kampung dan radio-radio. Tgk. Ibrahim sering tampil gemilang menuturkan hikayat dari panggung ke panggung.

Hikayat yang dibaca pada waktu itu rata-rata bertema sejarah Aceh, Melayu, dan hikayat yang bernafaskan Islam seperti hikayat berkisah tentang syuhada, aulia, dan pahlawan.

Tgk. Ibrahim Pmtoh merupakan pelaku seni tutur kelahiran desa Mee, Kec. Meurah Mulia, Kab. Aceh Utara sekitar 70 tahun silam. Seorang pembaca hikayat Aceh andalan kontingen kabupaten Aceh Utara dalam even pameran pendidikan, kebudayaan, dan pembangunan. Sering mewakili Aceh Utara dalam arena Pekan Kebudayaan Aceh di Ibukota Serambi Mekkah, Banda Aceh.

Tgk. Ibrahim Pmtoh pria berpenampilan sederhana itu ketika tampil di pentas saat menuturkan hikayat juga piawai meniup bansi (seruling) dan menabuh rapa-i (alat musik perkusi Aceh) dengan suara beralun-alun dan bertalu-talu. Menambah keasyikan suara di sela-sela lantunan hikayat Aceh. Mendapat gemuruh suara kegirangan penonton saat menyaksikan adegan baca hikayat sebagai salah satu khazanah kejayaan budaya indatu Aceh.

Foto : Tgk.Ibrahim Pmtoh (Sumber gambar aspost.id)
Foto : Tgk.Ibrahim Pmtoh (Sumber gambar aspost.id)

Hikayat merupakan salah satu warisan kebudayaan indatu (nenek moyang) orang Aceh yang sudah dikenal sejak masa kesultanan Aceh. Hikayat merupakan rumpun sastra nusantara yang dipengaruhi oleh unsur Islam merupakan salah satu karya sastra yang berasal dari Timur Tengah yang kental dengan pengaruh Arab.

Tgk. Ibrahim Pmtoh merupakan murid dari Tgk. Adnan Pmtoh. Pada era tahun 1990-an Tgk. Ibrahim sering mendapat dukungan dan arahan dari Bapak H. Dahlan pegawai di pemerintah Kabupaten Aceh Utara untuk mengembangkan hikayat sebagai tradisi masyarakat Aceh yang mengandung pesan-pesan moral. Adakalanya hikayat juga dibacakan di hadapan masyarakat Aceh untuk memberi nasehat dengan ungkapan-ungkapan yang halus.

Tgk. Ibrahim juga mengoleksi Hikayat Raja-raja Pasai, hikayat yang sudah langka dan dicari-cari kolektor naskah hikayat saat ini. Namun naskah yang ada di rumah Tgk. Ibrahim itu hanya berupa naskah foto kopi yang didapatkan dari gurunya Tgk. Adnan pada tahun 1990-an. Nama Tgk. Ibrahim Pmtoh dimuat sebagai referensi pembelajaran sastra khususnya materi biografi tokoh hikayat dalam buku berjudul 22 Jenis Teks dan Strategi Pembelajarannya di SMA-MA/SMK karya Dr. E. Kosasih, M.Pd. dan Endang Kurniawan, M.Pd. penulis nasional. Serta menjadi rujukan pembacaan hikayat di sekolah yang diperkenalkan oleh guru bidang studi Bahasa Indonesia.

Seperti dilansir harianrakyataceh, Berikut dibahas mengenai asal usul nama Pmtoh

  1. Mengenal Pmtoh
    Pmtoh adalah suatu genre (jenis) seni tutur Aceh hasil karya Tgk. Adnan Pmtoh. Dalam tulisan ini penulis ingin mencatat bahwa Pmtoh merupakan asli milik kepunyaan masyarakat Aceh. Bukan milik hasil kreativitas daerah lain dan bukan pula milik kreativitas masyarakat dunia Eropa atau Amerika. Di sini kita perlu menulis "surat budaya" dengan stempel basah bahwa pmtoh itu merupakan milik tulen kebudayaan Aceh.

Ihwal itu berdasarkan persepsi pertimbangan bahwa saat ini Pmtoh sudah menembus pasar internasional yang dikembangkan oleh beberapa orang berkebangsaan Eropa dan Amerika. Kita khawatir suatu ketika nanti Pmtoh diberi label (merk) dan dianggap kepunyaan keseniaan Eropa dan Amerika. Seperti kasus seudati dan saman Aceh yang pernah menggema di beberapa negara Eropa dan kini menjadi pelajaran ekstrakurikuler di setiap sekolah yang ada di Daerah Khusus Ibu (DKI) Kota Jakarta. Seudati dan saman sering mendapat gemuruh tepuk tangan penonton saat dipentaskan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) maupun di balai pertujukan lainnya. Demikian pun, seudati dan saman adalah asli milik masyarakat Aceh yang kini menjadi bagian dari kekayaan budaya nasional.

Sekali lagi kita tegaskan bahwa Pmtoh itu asli kreativitas Tgk. Adnan yang pada mulanya muncul dan dipentaskan dalam bus antar kota-antar provinsi perusahaan Pmtoh. Walaupun ada orang yang memplesetkan kata "Pmtoh" menjadi "Pohtem". Pohtem artinya: memukul (poh/peh) dan kaleng (tem) berarti: panci, wajan, ember, dan aksesoris lainnya.

Karena benda-benda inilah yang sering digunakan oleh Tgk. Adnan sebagai dekorasi dalam bermain Pmtoh. Menurut beberapa pengamat dan sumber yang akurat memaparkan bahwa nama Pmtoh diambil dari nama bus Pmtoh, karena suara klakson bus Pmtoh pada awal kemunculan Pmtoh mirip suara seruling yang ditiup oleh Tgk. Adnan saat bermain Pmtoh. Ada juga sebagian pengamat hikayat berpendapat bahwa Tgk. Adnan mampu meniru suara klakson bus Pmtoh, sehingga nama itu melekat pada diri Tgk. Adnan Pmtoh.

2. Pmtoh Genre Seni Tutur Aceh yang Unik Pmtoh merupakan genre (jenis) seni tutur, karena kesenian ini merupakan seni bercerita. Pertujukan Pmtoh adakalanya juga disertai dengan naskah walaupun pemain Pmtoh telah menghafal naskah. Ada juga yang tidak menggunakan naskah, hikayat langsung diungkapkannya dengan serta merta dan dilantunkan dengan kalimat-kalimat indah dihiasi sajak dan ritma-ritma yang begitu apik. Lakon dan tokoh yang diperankan oleh seniman ini begitu komplit. Namun, uniknya Tgk. Adnan hanya bermain pmtoh sendiri dengan berperan menjadi puluhan karakter tokoh dalam cerita. Dengan dibantu oleh seorang asisten yang tugasnya mengambil aksesoris yang dibutuhkan.

Tgk. Adnan Pmtoh sudah lama almarhum adakah yang meneruskan perjuangan hasil kreativitasnya? Jawabannya tentu ada. Mereka adalah Tgk. Ibrahim Pmtoh pembaca hikayat Aceh yang berdomisili di desa Teumpok Aceh, Kec. Tanah Luas, Kab. Aceh Utara dan Agus Nur Amal Pmtoh putra kelahiran Sabang, alumni Institut Kesenian Jakarta (IKJ) yang pernah tayang di beberapa stasiun televisi Jakarta. Agus Nur Amal Pmtoh dalam tampilannya agak berbeda dengan Tgk. Adnan, karena Agus Nur Amal dekorasinya lebih modern dan syair-syair naskah Pmtoh diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Melayu agar semua orang se-nusantara memahami isi cerita yang dipentaskan.

Ada keunikan lain dari Pmtoh yaitu seorang pemain seni tutur ini harus mampu bermain musik seperti meniup seruling, bermain gendang maupun menabuh rapa-i, dan harus bisa bernyanyi. Jika tidak, maka Pmtoh akan terasa hambar dan kurang sedap.

Jika ingin mengetahui lebih jelas mengenai silsilah Tgk. Adnan Pmtoh silakan anda baca di web: https://gemasastrin.wordpress.com, karya anak muda berbakat Herman RN yang telah mengulas panjang lebar tentang kehidupan Tgk. Adnan. Pmtoh bukanlah jenis pementasan yang hanya lebih menonjolkan gerakan, mimik, dan aksesoris. Melainkan disebut dengan seni tutur yang begitu komplit. Mengingat modelnya yang serta merta dan membutuhkan skill (keahlian) khusus. Pemain Pmtoh harus punya kecepatan menghafal, berpikir secara cermat, memiliki seni tinggi, dan harus memiliki ketajaman indera dan kelebihan lainnya. Jika dibuat ajang pemilihan aktor terbaik dalam kategori seni tutur, maka kemungkinan besar pemain Pmtoh yang akan menjadi juara I dan layak diberikan tropi yang sesuai.

Demikianlah Pmtoh terkecoh dunia. Membuat penonton terpingkal-pingkal tertawa. Hanya sampai di sini saja tulisan singkat ini. Semoga bermanfaat bagi para pecinta seni dan budaya Aceh yang bermartabat. 

Penulis: Hamdani Mulya, S.Pd Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Lhokseumawe dan Pengamat Sastra Aceh.

(Sumber : rakyataceh/aspost)

Sumber : ASPOST.ID

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun