Sebagai seorang orator ulung dan penulis handal kita harus mampu memahami dan menggunakan kalimat efektif secara cermat. Ciri-ciri kalimat efektif selanjutnya adalah sebagai berikut: a) memilih kata (diksi, bahasa Inggris: diction) dan istilah yang tepat, b) menggunakan ejaan secara cermat, c) penghematan kata dan tidak menggunakan kata secara mubazir. Contoh kalimat mubazir: Banyak sekali surat-surat masuk ke kantor redaksi. Kalimat tersebut lebih efektif jika ditulis, Banyak surat masuk ke kantor redaksi, d) menggunakan kata yang segar dan bervariasi. Jangan menggunakan kata-kata yang kusam dan bertele-tele serta membosankan, e) menyelaraskan dengan kalimat-kalimat lain atau disebut juga dengan dinamis dan koheren. Dalam bahasa keseharian kita juga mendengar pemakaian bahasa yang tidak efektif pada acara seminar, orasi ilmiah, dan ceramah. Misalnya: (1) Kepada Bapak tempat dan waktu kami persilakan dengan segala hormat. Dalam kalimat ini yang dipersilakan adalah tempat seperti meja dan kursi, (2) Untuk mempersingkat waktu acara kami lanjutkan. Yang seharusnya, Untuk menghemat waktu acara kami lanjutkan, dan  (3) Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-63. Penulisan yang benar adalah Hari Ulang Tahun ke-63 Republik Indonesia. Karena ke-63 dalam kalimat tersebut menunjukan jumlah tahun atau hari, bukan jumlah negara atau seri. Boleh kita menggunakan jumlah di akhir, jika kalimat itu menunjukkan seri. Contoh: Pesawat Seulawah Agam RI-01 dan Pesawat Seulawah Dara RI-02.
Demikian banyak problema kesalahan dalam berbahasa Indonesia. Termasuk pada kasus penulisan nama dan gelar di absensi, pada lembaran pengesahan, dan pada surat-surat resmi. Kesalahan bahasa ditambah lagi oleh "Preman Bahasa" dengan menerbitkan kamus bahasa prokem alias bahasa gaul. Agar lebih kronis bahasa terus dirusak oleh pengguna Hand Phone (HP) dengan bahasa layanan SMS yang multi tafsir. Untuk selanjutnya kalangan artis menganggap bahasa Indonesia yang baik dan benar terlalu kaku digunakan saat berbicara di depan publik. Lahirlah bahasa Indonesia bernuansa ala artis.Â
Memperbaiki bahasa Indonesia bukan hanya tugas ahli bahasa, tetapi tugas kita semua pengguna bahasa Indonesia. Pesona bahasa kali ini membuat pandangan kita kabur dan merasa prihatin, karena banyak  bahasa yang telah dirusak oleh kaum kita sendiri. Selamat berkarya semoga harapan berubah menjadi kenyataan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H