Judul di atas merupakan sebuah judul sejarah singkat Cut Nyak Meutia yang dipaparkan dalam buku peringatan hari ulang tahun (haul) Cut Nyak Meutia ke-107.
Cut Nyak Meutia merupakan pejuang tangguh, pahlawan nasional asal Aceh. Cut Nyak Meutia lahir hampir satu setengah abad yang lalu. Cut Nyak Meutia lahir di Pirak, Aceh Utara tahun 1870 dan gugur pada 24 Oktober 1910 di Alue Kurieng, Aceh Utara.
Pada tanggal 22 Oktober 2017 yang lalu, haul ke-107 tahun diperingati dengan doa bersama dan silaturrahmi bersama keluarga besar ahli waris Cut Nyak Meutia dan Teungku Chik Ditunong.
Di hari yang cerah itu mentari bersinar garang. Rumah adat Aceh jadi saksi bisu ribuan masyarakat memadati areal acara hari ulang tahun Cut Nyak Meutia yang syahid dalam pertempuran melawan penjajah Belanda. Di rumah itulah Cut Meutia kecil lahir dan tumbuh sebagai seorang pahlawan yang berparas anggun.
Cut Nyak Meutia lahir di Pirak, Kec. Matang Kuli, Aceh Utara. Ia adalah putri Uleebalang Pirak, Teuku Ben Daud, seorang tokoh terkemuka yang menentang upaya Belanda menguasai Aceh. Semangat juang yang membara dari ayahnya Teuku Ben Daud diwariskan kepada Cut Nyak Meutia. Sehingga ia menjadi seorang pahlawan yang tak pernah mengenal kata menyerah. Cut Nyak Meutia rela mengorbankan jiwa dan raganya demi membela agama Islam, nusa, dan bangsa.
Semangat patriotisme yang mengalir dari darah ayahnya mengendap dalam jiwa dan darah Cut Nyak Meutia membangkitkan spirit juang rakyat Aceh dalam menyergap dan menggempur pos-pos patroli Belanda.
Perempuan itu, pahlawan kita. Sudahkan kita berkorban sebanyak Cut Nyak Meutia?
Dalam buku Haul 107 Pahlawan Nasional Cut Nyak Meutia dipaparkan bahwa di mata teman sejawat maupun musuhnya, nama Cut Nyak Meutia amat harum. Jiwanya yang mencintai kemerdekaan dan anti penjajahan menandai lekuk liku kehidupannya yang singkat.
Cut Nyak Meutia juga dikagumi oleh penulis Belanda, seperti yang terungkap dalam kalimat berikut:
"Wanita Aceh gagah dan berani merupakan perwujudan lahiriah yang tak kenal kata menyerah yang setinggi-tingginya dan apabila mereka ikut bertempur maka akan dilakukan dengan energi dan semangat berani mati yang kebanyakan lebih dari kaum laki-laki bahkan tidak ada bangsa yang berani dari kaum wanita dimanapun tidak ada satu romanpun yang mampu menggambarkan pengorbanan dan keberanian perempuan Aceh." (H.Z. Zentgraaf, Penulis Belanda).
Begitulah hebatnya pahlawan Aceh yang dilukiskan dengan tinta emas oleh penulis Belanda sebagai rasa kagum terhadap pahlawan Aceh seperti sosok Cut Nyak Meutia. Kutipan kalimat tersebut tertulis di sampul buku Haul ke-107 Pahlawan Nasional Cut Nyak Meutia yang disusun dan disunting oleh Cut Dara Meutia Uning dan Marilyn Larahati. Buku kecil ini diluncurkan pada acara tersebut dan penulis mendapat satu buah hadiah buku tersebut.
Aceh, 16 Oktober 2019
(Penulis : Hamdani Mulya - Pengamat Sejarah Pahlawan)
Hamdani Mulya adalah Guru SMAN 1 Lhokseumawe. Penulis puisi, cerpen, dan esai di bebera surat kabar cetak dan online.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H