Mohon tunggu...
Hamdani Mulya
Hamdani Mulya Mohon Tunggu... Guru - Penulis dan Guru SMAN 1 Lhokseumawe, Provinsi Aceh

Menulis artikel Sastra, Linguistik, dan Esai "Menulis adalah mengukir sejarah dalam kenangan wajah zaman." (Hamdani Mullya)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kopi Sewangi Aceh

30 Oktober 2024   22:51 Diperbarui: 30 Oktober 2024   23:13 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Hamdani Mulya

Puisi-Puisi Karya Hamdani Mulya 

 

KOPI SEWANGI ACEH

Karya Hamdani Mulya

Masih kuingat ketika hujan berdesis

Berderai di pucuk pohon kopi

Aroma wangi dalam cangkir

Diseduh nenekku suatu pagi

Enaknya rasa kopi Gayo

Yang disaring dan ditubruk

Wanginya kopi sewangi Aceh

Seharum Gayo dalam desah

Nafas para petani pemetik kopi

Berhembus sampai ke ujung hidung dunia

Menebar nikmat hingga dirasa lidah nusantara

Menjilat-jilat dalam cangkir, nikmat rasanya

Ingin sekali lagi Gayo aku kunjungi

Aku ingin minum secangkir kopi

Diseduh di atas dataran tinggi

Takengon namanya

Di pinggir laut tawar

Aku cium aroma kopi

Ditemani panorama alam

Yang bersih dan asri

Munawariate; Menawan hati

Lhokseumawe, 17 Oktober 2016

KENALKAN NAMAKU KOPI, KAMPUNGKU GAYO

Kenalkan namaku kopi

Tinggal di dataran tinggi

Gayo namaku kampungku dijuluki

Harum bauku ini

Renyah rasaku, nikmat sekali

Warna hitam kecoklatan aku ini

Tetapi rasaku gurih sekali...

Kenalkan namaku kopi

Setiap pagi aku dicari

Banyak yang suka

Karena namaku kopi

Aku lahir di Takengon

Orang memanggilku kopi Gayo

Jika dicampur susu bau dan rasaku bersatu

Laksana srikaya berkawan timphan Aceh...

Wahai sahabat!

Jika dirimu belum kenal diriku

Ayo! Datanglah ke kampung kami

Aceh Tengah namanya

Di balik bukit berdiri gagah

Itulah aku pohon kopi

Dan juga di atas gunung Bener Meriah

Kopi benar-benar meriah dimanja petani

Ayo! Datanglah ke rumahku ini

Aceh Tengah namanya, berbatas Bener Meriah

Pintu rumahku tak pernah terkunci

Aku menjamu para tamu dengan secangkir kopi

Lhokseumawe, 17 0ktober 2016

Kopi Sahabat Dikala Duka

Tatkala hati berderai

Air mata meluncur bening

Kopi seperti sahabat sejati

Menemani hilangkan lara

Duka pun pergi seketika

Kopi yang renyah gurih

Jadikan hidup nikmat

Seperti rasa timphan Aceh

Melekat di lidah begitu nikmat

Kopi kadang kala sebagai obat

Penambah semangat serta gairah

Membuncah penambah darah

Mengalir ke seluruh nadi

Itulah kopi karunia Allah

Yang harus disyukuri

Minuman hitam pekat

Namun rasanya tulus memberi kenikmatan

Menghilangkan duka lara

Lhokseumawe, 6 Oktober 2023

Bionarasi/ Profil Penulis

Hamdani Mulya lahir di desa Paya Bili, Kec. Meurah Mulia, Kab. Aceh Utara 10 Mai 1979. Alumni Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, FKIP, Universitas Syiah Kuala. Karya Hamdani Mulya dipublikasikan di harian Serambi Indonesia, Kutaradja, Waspada, Haba Rakyat, Majalah Fakta, Santunan Jadid, Seumangat BRR, Meutuah Diklat, dan Jurnal Al-Huda. 

Puisinya juga terkumpul bersama penyair Indonesia dalam buku antologi puisi Dalam Beku Waktu (2003), Paru Dunia (2016), Yogja dalam Nafasku (2016), Aceh 5:03 6,4 SR (FAM 2017), dan Gempa Pidie Jaya (2017). Alamat email tengkuhamdani@yahoo.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun