Mohon tunggu...
Hamdani Dwi Prasetyo
Hamdani Dwi Prasetyo Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Opini

Dosen Fakultas MIPA - Universitas Islam Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Tidak Butuh Lingkungan yang Sehat?

4 Desember 2023   13:39 Diperbarui: 4 Desember 2023   13:43 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malang - Capaian pembelajaran merupakan kompetensi pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik pada setiap fase perkembangan. Capaian pembelajaran mencakup sekumpulan kompetensi dan lingkup materi, yang disusun secara komprehensif dalam bentuk narasi. Capaian pembelajaran ini dibutuhkan untuk memperoleh hasil memuaskan di akhir perkuliahan. Capaian pembelajaran lulusan merupakan rumusan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yaitu kriteria minimal dari kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Dalam belajar, capaian pembelajaran mahasiswa sangat penting untuk dicapai. Capaian pembelajaran ini mencakup seluruh aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dalam pandemi, para pendidik harus mencari strategi yang tepat untuk diaplikasikan kepada seluruh perguruan tinggi agar capaian pembelajaran dapat tercapai.

Capaian pembelajaran juga menjadi dasar aktivitas belajar mengajar. Program studi mengelaborasi capaian pembelajaran mahasiswa yang disusun oleh asosiasi pendidikan tinggi. Capaian pembelajaran ini ditetapkan berdasarkan komponen sikap, keterampilan umum, keterampilan khusus, dan pengetahuan. 

Dalam rangka mencapai capaian pembelajaran, tidak hanya diperlukan upaya dari mahasiswa dan dosen saja. Dibutuhkan suatu lingkungan yang sehat. Sebuah artikel baru-baru ini yang diterbitkan di jurnal Environmental Research menyoroti peran penting layanan ekosistem, seperti udara bersih dan ruang hijau, dalam meningkatkan kesehatan manusia. Artikel yang ditulis oleh para peneliti dari University of Adelaide ini menjelaskan bagaimana kerusakan ekosistem telah mengurangi layanan ekosistem dan berdampak buruk pada kesehatan gangguan perkembangan motorik pada anak, dan gangguan mental. Secara teoritis, ekosistem memberikan layanan kultural yang menyediakan layanan edukasi. Layanan edukasi tidak hanya dalam bentuk peserta didik mendapatkan ilmu dari alam, tetapi alam juga mendukung kebutuhan oksigen, kenyamanan, konsentrasi dan beberapa hal pendukung suasana belajar peserta didik.

Menurut artikel tersebut, fisioterapis memainkan peran penting dalam memanfaatkan pemahaman tentang layanan ekosistem untuk meningkatkan perawatan pasien. Misalnya, melalui edukasi dan empati terhadap faktor-faktor lingkungan di luar kendali pasien yang mempengaruhi kondisi mereka. Selain itu, fisioterapis juga dapat mendukung upaya konservasi alam dan pengembangan fasilitas ruang hijau perkotaan yang dapat meningkatkan kesehatan masyarakat.

"Dengan memahami kaitan antara kesehatan manusia dan ekosistem, fisioterapis dapat berkontribusi untuk meningkatkan kesehatan individu, kesehatan masyarakat, dan keberlanjutan ekosistem secara simultan," ujar Dr. Jessica Stanhope, penulis utama artikel tersebut. Ia menambahkan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami praktik fisioterapi saat ini terkait pemanfaatan alam, serta hambatan dan pendukungnya.

*)Penulis: Hamdani Dwi Prasetyo, Dosen Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Islam Malang (UNISMA).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun