Mohon tunggu...
Hamdani Dwi Prasetyo
Hamdani Dwi Prasetyo Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Opini

Dosen Fakultas MIPA - Universitas Islam Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perubahan Budaya Mengancam Biodiversitas Indonesia

30 Agustus 2020   07:00 Diperbarui: 30 Agustus 2020   08:20 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjual Jenang Grendul Pasar Besar yang Masih Menjual Jajanan Tradisional (Dokumentasi Pribadi)

Malang - Jaman dahulu untuk memperoleh makanan seseorang harus bercocok tanam terlebih dulu. Saat masih sedikit penduduk, masyarakat Indonesia memiliki lahan kebun yang tidak terlalu luas.

Sementara itu, kebutuhan makanan pada zaman dahulu tidak terlalu variatif dibandingkan sekarang. Kebanyakan makanan juga diperoleh dari hasil berburu maupun mengambil langsung dari alam tanpa proses bercocok tanam.

Hal ini sangat wajar pada zaman dahulu karena alam sangat mampu menyediakan kebutuhan manusia. Semakin banyaknya jumlah penduduk di Indonesia khususnya, kebiasaan mengambil sumber makanan dari alam tidak dapat disetarakan seperti zaman dahulu. 

Alam memiliki daya dukung lingkungan yaitu berupa kemampuan alam menyediakan kebutuhan makhluk hidup. Kemampuan penyediaan oleh lingkungan tidak hanya sumber makanan, kebutuhan air bersih, serat kayu dan lain-lain.

Tidak hanya itu saja, tentunya alam berperan dalam meregulasi air, suhu, hingga polinasi. Layanan kultural juga disediakan oleh alam. Bentuk jasa kultural tersebut berupa keindahan alam, nilai edukasi, dan destinasi wisata yang kini banyak dimanfaatkan oleh pengembang wisata berbasis alam.  

Sebenarnya budaya Indonesia sangat terintegrasi dengan alam. Bentuk integrasi diwujudkan dengan penggunaan tumbuhan dan hewan sekitar dalam upacara adat, kebutuhan makan harian, dan berbagai aktivitas masyarakat zaman dahulu. Aktivitas ini menghasilkan masyarakat bergantung pada tumbuhan dan hewan yang ada di alam.

Hal ini membuat masyarakat zaman dahulu tidak bernafsu menggunakan sumber daya dari alam secara masif, melainkan mereka mengambil dari alam dengan bijak.  Pada Akhirnya dalam aktivitas masyarakat zaman dahulu menghasilkan pengelolaan alam secara berkelanjutan. 

Kini budaya itu seakan luntur. Adat budaya Indonesia tergerus dengan budaya asing. Tidak hanya berpakaian, bahkan hingga budaya makan pun sudah banyak masuk variasi makanan mengadopsi dari luar negeri.

Makanan tradisional sejatinya mengambil dari alam langsung, dengan intensifnya menggunakan sumber makanan asli Indonesia, maka tumbuhan atau hewan yang merupakan sumber makanan tersebut akan dilestarikan. Kini banyak makanan cepat saji yang berasal dari tumbuhan yang bukan endemik Indonesia.

Inilah kekhawatiran akan menurunnya biodiversitas Indonesia. Padahal kita ketahui bahwa makanan yang berasal dari tumbuhan Indonesia banyak mengandung antioksidan dan senyawa-senyawa aktif dalam mengatasi permasalahan kesehatan. Selain itu banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari sumber daya hayati Indonesia.

Hal ini tidak lepas dari kebebasan budaya luar yang masuk ke Indonesia.  Gaya hidup yang meniru budaya luar, serta tanpa adanya saringan informasi akan menghasilkan banyak kerugian. Tidak hanya dampak budaya, melainkan dampak pada kesehatan masyarakat akan semakin beresiko.

Adapun dampak perekonomian masyarakat juga dapat jatuh, khususnya bagi masyarakat yang merupakan penjual makanan tradisional.

Mengapa demikian? Sebab dengan seringnya kita memperkenalkan makanan kekinian terhadap generasi masa depan, maka generasi muda akan semakin tidak tertarik pada makanan tradisional daerahnya.

Hal ini menyebabkan hilangnya makanan tradisional dan diganti oleh makanan cepat saji. 

Penjual Jenang Grendul Pasar Besar yang Masih Menjual Jajanan Tradisional (Dokumentasi Pribadi)
Penjual Jenang Grendul Pasar Besar yang Masih Menjual Jajanan Tradisional (Dokumentasi Pribadi)

Apakah salah budaya luar masuk ke Indonesia? tentunya tidak, tetapi kita perlu menyaring budaya yang baik dan yang tidak baik.

Selain itu, mempertahankan budaya Indonesia adalah prioritas. Menjaga nilai-nilai budaya tentu perlu dilakukan agar manfaat dapat kita peroleh.

Oleh karena itu, perlu adanya perubahan pola pikir terhadap budaya bangsa dimana kita harus mempertahankan tradisi agar biodiversitas Indonesia tetap utuh.

Apabila kita selektif dalam memilih budaya luar yang dapat kita tiru, akan muncul rangkaian permasalahan yang merugikan bagi semua pihak.

Maka sebagai bangsa Indonesia kita perlu berbangga dengan budaya dan keanekaragaman hayatinya lalu kita kembang dengan arif dan bijaksana.

*)Penulis: Hamdani Dwi Prasetyo, Dosen Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Islam Malang (UNISMA)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun