Mohon tunggu...
Hamdani Dhani
Hamdani Dhani Mohon Tunggu... Guru - IDE MUNCUL BAGAI HADIR SANG PELANGI. JIKA ENGKAU TIDAK SEGERA MENGABADIKANNYA, IA AKAN LENYAP SEKETIKA.

AKTIF MENGAJAR DI SMK NEGERI 1 KARIMUN KEPRI

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dicakar Harimau

26 Desember 2023   23:00 Diperbarui: 26 Desember 2023   23:03 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

CERITA TUKANG CUKUR DICAKAR HARIMAU

(Pentigraf)

Wak Karut sekali ini memang bernasib naas. Kepalanya luka-luka setelah mendengar cerita si tukang cukur mengenai seorang pengunjung yang masuk ke kandang sirkus. Tidak lama kepala dan wajah pengunjung itu dicengkeram harimau sirkus. "Bagaimana bisa pengunjung itu bernasib naas?" tanya Wak Karut dalam hati. Dari cerita si tukang cukur rupanya pengunjung itu kesasar dan lalu jadi bulan-bulanan sang harimau.Bagaimana pula ceritanya, kepala Wak Karut yang ikut-ikutan tercabik? Teringat dulu ada cerita dua orang kembar, jika satunya sakit maka kembar yang satunya juga ikut-ikutan sakit. Apakah Wak Karut dan pengunjung itu sedarah dan kembar? Tidak, ini cerita lain. Semula Wak Karut berniat hendak memangkas rambutnya ke tempat biasa. Tetapi karena ramai, ia mencari tempat lain. Di sinilah awal penderitaan Wak Karut menahan pedih seperti dicengkeram harimau.

Mendengar cerita si tukang pangkas, Wak Karut mulai hanyut dan terbawa suasana. Terasa sangat nyata baginya pedihnya dicengkeram harimau. Ia terkenang bagaimana harimau itu menggigit kepalanya lalu mencakar-cakar persis di wajahnya. Sakit.., oii!  Alhasil wajah Wak Karut luka-luka. Rupanya pisau cukur yang majal milik si tukang pangkas adalah penyebabnya. Wajahnya pedih tergores mata pisau di sana-sini. "Tukang pangkas siwalan, pisau sudah tumpul masih saja dipakai!" Tobat, Wak tidak lagi akan kembali ke tukang pangkas ini yang disebutnya pawang kandang harimau ini. Sumpah!

Baca juga: Lelaki Malang

Uu. Hamita(Hamdani)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun