Seorang lelaki paruh baya berjalan terseok-seok di sisi jalan raya yang padat. Tubuhnya lunglai dengan pakaian yang lusuh di tubuhnya yang legam. Ke mana arah tujuan lelaki itu? Tidak ada yang bertanya, menawarkan bantuan, atau sekadar menyapa.
Ini di tengah kota yang keras, Bro. Maaf, kalau solidaritas atau rasa peduli tidak berlaku di tempat ini. Dengan orang yang tidak kenal akan tumbuh saling tidak percaya dan rasa curiga. Sehingga niat semula ingin membantu dapat saja berubah atau menjadi bumerang yang akan mengancam keselamatan diri. Banyak orang yang memanfaatkan berbagai kesempatan atas alasan keterpaksaan.
Di dalam sebuah mobil mewah bicara seorang ibu muda kepada sang suami yang sedang berkemudi. Lelaki tua di sisi jalan terlihat sedikit menghambat laluan mereka.
"Pa.., kasihan. Ayo kita tumpangi dia, Pa?"
"Ah, mama ini bagaimana? Kita tidak tahu dia siapa? Kalau dia macam-macam nanti bagaimana? Apa tidak bikin masalah buat kita?" jawab suami ketus.
Istri hanya terdiam dalam mobil yang terus berlalu meninggalkan lelaki yang tidak dikenal itu.
Di luar lelaki tua itu sempat menoleh ke dalam mobil karena kaca samping mobil itu setengah terbuka. Terlihat seorang wanita muda yang sangat cantik dengan pasangannya yang sepadan. Ia terus menikmati pandangannya hingga mobil itu bergerak melewatinya.
Ia berkata di dalam hati, "Oh, betapa bahagianya jika suatu saat aku bisa memiliki mobil semewah itu. Di dalam mobil aku akan ditemani oleh istriku yang cantik. Segala keinginan dan permintaannya pasti akan kuturuti. Sehingga ia akan mengatakan dengan lembut di telingaku bahwa aku adalah satu-satunya lelaki yang sangat didambakannya. Aku akan memacu lari mobil sekencang mungkin untuk membuktikan aku dapat melakukan sesuatu yang terbaik untuknya sebagai wujud bahagiaku."
Entah mengapa, tiba-tiba lelaki paruh baya itu mulai berlari menyemangati dirinya. Ia terus berlari kencang seperti mendapat kekuatan gaib. Ia bahkan sudah merasa bisa terbang untuk melewati kecepatan mobil mewah yang memotong langkahnya itu. Larinya semakin cepat dan semakin cepat. Sampai suatu ketika ...
Orang-orang berkerumun di pinggir jalan menemukan seorang lelaki paruh baya yang terkapar. Nafasnya tersengal satu persatu sebelum akhirnya ia menutup matanya untuk yang terakhir kali.
Lelaki itu mati. Sayang tidak ada yang mengetahui jika ia mati karena mengejar angan-angan. Semua orang hanya menduga jika si lelaki tak di kenal itu mati akibat serangan jantung.
Sampai semua orang sudah memastikan bahwa yang mati itu bukan saudara atau kenalannya, akhirnya mereka mengucapkan syukur dan beranjak pergi sebelum petugas dari dinas sosial menyarungnya dalam plastik mati.
...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H