Aku terpaku ...
Pikirku melayang tak tentu ...
Hati ku perlahan mengumpat ...
"Secepat itu kah waktu berlalu" ...?
Sebuah tanya yang tak mungkin terjawab ...
Sedang dalam diam ...
Angan ku melayang ...
Terbang jauh mengenang masa Lima tahun silam ...
Membongkar segalanya yang telah lalu ...
Jabat tangan yang begitu hangat ...
Perkenalan yang begitu ceria ...
Suku bangsa yang beragam ...
Tawa yang sangat gaduh ...
Dan cinta yang begitu misterius ...
Kawan ...
Tau kah kau ...?
Ini puisi tentang Lima tahun silam ...
Tentang kursi-kursi kayu yang bisu ...
Tentang dosen-dosen yang killer tapi bersahabat ...
Tentang kaca-kaca jendela yang pecah ...
Tentang langkah kita mengunjungi situs ...
Tentang gua-gua yang gelap dan dalam ...
Tentang sisa amunisi Perang Dunia II ...
Tentang fragmen-fragmen gerabah ...
Dan tentang perdebatan yang tak berujung ...
Kawan ...
Sadarkah kau ...?
Ini puisi tentang Lima tahun lalu ...
Lima tahun lalu yang  mungkin hilang begitu saja ...
Setelah kau putuskan untuk pergi ...
Setelah kau putuskan untuk terbang lebih tinggi ...
Setelah kau putuskan untuk merapat ke dermaga ...
Kawan, Ingat lah ...
Ini puisi tentang Lima tahun silam ...
Jika kau rindu, maka menyepilah ...
Sebab Sepi selalu punya cara mengobati rindu ...
Kenangkanlah, sampai kita bertemu lagi ...
Kendari, 22 November 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H