Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Menggali Kekuatan Novel "Imung: Sepasang Korban Itu Pernah Bertunangan"

15 Desember 2024   14:02 Diperbarui: 15 Desember 2024   14:02 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Novel "Imung: Sepasang Korban Itu Pernah Bertunangan" (Sumber: ebooks.gramedia.com)

Sekali lagi, buku Imung yang satu ini saya baca sampai tuntas. Ada kebaruan dibanding novel Imung yang saya baca sebelumnya, yaitu "Imung: Siulan Kematian". Kali ini, ada 8 (delapan) kisah yang diceritakan di novel ini.

Kali ini, Arswendo masih tetap piawai memilih judul sebagai pembuka di cover buku sehingga menimbulkan penasaran di benak saya. Di pikiran saya ketika melihat judul novel adalah ada dua korban di satu tempat dan mereka pernah bertunangan. Tentu saja, menarik untuk membaca misteri pembunuhan dimana di suatu tempat kejadian perkara (TKP) ada dua korban sekaligus dan mereka mempunyai hubungan yang mengarah ke jenjang pernikahan di masa lampau.

Kisah sepasang korban ini terletak di nomor enam dalam keseluruhan delapan kisah. Cerdik sekali Arswendo menyiasati susunan kisah ini sehingga menyebabkan kesan menggema setelah mendekati akhir buku.

Secara pribadi, Arswendo mengupas setiap misteri dengan runtut dan menimbulkan tanda tanya di benak saya, dan ketika menyudahi membaca misteri-misteri, serta mengetahui pemecahan masalah dalam setiap kasus, saya angkat jempol untuk kelihaian Arswendo dalam menyajikan solusi penyelesaian kasus yang terkesan wajar, tapi susah ditangkap oleh nalar saya waktu awal membaca setiap kasus.

Tentu saja, kebintangan Imung dan popularitasnya sebagai detektif cilik seakan menjadi tanda bahwa jangan sekali-kali menyepelekan anak dan remaja. Arswendo seakan ingin menekankan bahwa anak dan remaja pun tidak kalah cemerlang dalam pemikiran. Kesan itu sangat menguat saya tangkap di pengisahan setiap kasus dalam novel Imung kali ini.

Terlihat jelas dalam kasus pertama di Novel Imung kali ini yang berjudul "Korban Tabrak Henti", Arswendo menunjukkan bahwa salah satu pemeran pembantu di kisah ini menyatakan kalau nama Imung sudah terkenal. Ini memperlihatkan kalau seorang remaja tanggung sekalipun bisa berperan dalam membantu aparat yang mengalami kesulitan membongkar kasus kriminal. 

Dan di kisah Imung ini, sosok Imung seakan menjadi ancaman terberat bagi sang pelaku kriminal. Betapa berbahayanya seorang Imung di mata sang penjahat, sehingga niat melenyapkan Imung timbul dalam benak sosok antagonis di kisah pertama ini.

Di kisah kedua yang berjudul "Korban Penembakan Misterius", sekali lagi Arswendo menempatkan Imung dalam posisi strategis dimana seakan jelas-jelas kasus closed tapi ternyata masih opened. 

Sekali lagi, kejeniusan Arswendo dalam memperlihatkan pembukaan kasus, proses jalannya kasus, langkah demi langkah Imung dalam menjabarkan setiap rangkaian peristiwa yang berhubungan dengan kasus tersebut, sampai kasus tersebut terpecahkan.

Semua alur tersebut terangkai dengan mulus dan normal. Tidak ada rekayasa seakan memaksakan kasus selesai.

Kisah tiga, empat, dan lima bisa dikatakan memukau tapi tidak terlalu membekas di hati saya.

Bagaimana dengan kisah enam yang menjadi judul novel Imung kali ini? 

Memang Arswendo tidak salah dalam memilih judul kisah ini sebagai judul buku. Sangat eye-catching dan mengundang rasa penasaran, serta hasil pemecahan masalah yang di luar dugaan. 

Kisah tujuh juga tidak kalah menarik, namun tidak terlalu menimbulkan kesan yang mendalam.

Namun, sekali lagi, Arswendo menutup novel ini dengan kisah pamungkas yang lain dari yang lain. Klimaks yang menggema. Mungkin itu yang menjadi keunggulan dari Arswendo dalam setiap karyanya. Terkadang dari serentetan kisah, kebanyakan pembaca lebih mudah mengingat kisah terakhir dalam suatu buku.

Apalagi Arswendo memakai angka untuk kisah delapan, kisah penutup dalam novel ini. Memakai angka nomor polisi (nopol) pelat kendaraan bermotor yaitu mobil semakin menimbulkan rasa penasaran saya sebagai pembaca. 

Menelisik penceritaan Arswendo 

Sudah pasti, tidak ada seorang pun yang meragukan kepakaran Arswendo dalam merangkai kata menjadi tulisan yang bernas.

Meskipun mempunyai banyak aktivitas, namun Arswendo menelurkan karya-karya yang tetap abadi, walaupun dibaca berpuluh-puluh tahun kemudian. 

Memang, Arswendo telah berpulang. Namun karya-karyanya tetap menemani kita sampai kapan pun. 

Sudah dua novel Imung yang saya baca dan saya tidak habis mengerti bagaimana Arswendo mempunyai banyak sekali ide untuk menuliskan kisah-kisah kriminal yang begitu "membius" dengan pemaparan yang runtut dan penyelesaian masalah yang terkesan sederhana, tapi tidak sesederhana dalam pelaksanaan.

Secara pribadi, saya iri dengan produktivitas Arswendo. Penceritaan yang dia bangun begitu hidup dan erat kaitannya dengan kehidupan warga biasa dalam keseharian. Itulah mungkin yang membuat kebanyakan pembaca menyukai karya-karyanya, karena mereka menemui kesamaan "frekuensi" dengan kisah-kisah tersebut.

Kesimpulan

Sepertinya saya kehabisan kata-kata dalam menggambarkan novel Imung kali ini. Karena seperti yang sudah-sudah, saya malah sukar mencari kata-kata yang pas karena novel Imung kali ini tetap menjaga rasa penasaran seperti novel Imung yang sebelumnya saya baca.

Tetap, saya merekomendasikan Anda membaca novel Imung yang satu ini, karena pilihan kata atau diksi yang digunakan tidak akan membuat kening Anda berkerut. Anda akan mengerti jalan cerita dengan mudah karena tidak ada istilah-istilah khusus dalam disiplin ilmu atau bahasa asing tertentu. 

Banyak membaca buku dan menuliskan laporan buku kiranya bisa terus saya lakukan demi memajukan budaya literasi membaca dan menulis.

Kiranya Anda juga bisa turut berpartisipasi membudayakan gemar membaca buku dan menuliskan laporan buku di mari, supaya kesadaran untuk membaca dan menulis lebih berkembang di bumi pertiwi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun