Saya malas menanyakan pada petugas perpustakaan karena hampir setiap hari, dari Senin sampai Jumat, lima hari dalam seminggu, ada saja kunjungan khusus berbagai pelajar dari tingkat TK sampai SMP.
Sejauh pengamatan saya, tiga tingkat pendidikan tersebut yang berkunjung secara khusus untuk mengenal perpustakaan kota Samarinda secara lebih mendalam.
Dari kunjungan-kunjungan tersebut, secara tidak langsung, saya menjadi salah satu peserta pengunjung baru perpustakaan. Saya bisa mendengar penjelasan petugas perpustakaan yang memimpin tur singkat pengenalan perpustakaan kota Samarinda, meskipun hanya di lantai satu saja.
"Ini adalah rak-rak yang berisi buku-buku agama non Islam, sedangkan di sebelah sini ada rak-rak yang memuat buku-buku agama Islam.
"Kemudian di sebelah sini adalah ruang multimedia. Di sini ada beberapa komputer yang bisa pengunjung gunakan untuk mengerjakan tugas sekolah, tugas kuliah atau belajar. Tidak boleh untuk main game atau nonton video YouTube, kecuali nonton video edukasi..."
Itu pemaparan dari seorang pegawai perpustakaan yang bertugas sebagai tour guide pengenalan perpustakaan kota Samarinda.
Di hari berikutnya, lain lagi. Seorang pustakawan yang lain mengatakan ruang multimedia bisa digunakan anak-anak untuk bermain game online.
Silih berganti terdapat perbedaan penyampaian pesan antara tour guide yang satu dengan tour guide yang lain.
Secara pribadi, saya heran dengan ketidakkonsistenan para pustakawan dan pustakawati ini. Apakah tidak ada aturan tertulis yang menjelaskan tentang penggunaan ruang multimedia?
Akibat yang sungguh nyata terlihat adalah adanya pembiaran ketika anak-anak usia belum sekolah, SD, dan SMP yang bermain gim daring di ruang multimedia dengan menggunakan komputer di sana, sedangkan beberapa mahasiswa dan warga yang benar-benar membutuhkan terpinggirkan.
Dan sampai tulisan ini saya buat, anak-anak tersebut, meskipun tidak selalu sama, ada saja yang muncul, bermain gim daring, dan seenaknya berpindah dari satu komputer ke komputer yang lain. Meskipun ada CCTV, terkesan hanya pajangan. Mereka melihat, para petugas perpustakaan melihat, tapi tidak ada tindak lanjut apa-apa.