Sebenarnya, jalan cerita yang mendekati akhir tidak terlalu mengagetkan saya. Kaluna mengajukan resign dari perusahaan dan setelah itu; entah berapa hari, minggu, bulan, atau tahun; Kaluna terlihat sukses dalam bisnis kuliner dan berniat membeli atau mengajukan KPR (entah yang mana yang benar).
Tapi memang berbisnis melipatgandakan berbagai kemungkinan. Kemungkinan pendapatan rendah, tapi bisa juga pendapatan berlimpah, berlipat kali ganda. Berbeda dengan profesi pegawai atau karyawan, yang, kalaupun ada peningkatan gaji, bisa terjadi setahun sekali, dua tahun sekali, atau entah berapa tahun sekali.
Secara pribadi, saya kurang setuju dengan keputusan drastis Kaluna untuk resign karena hijaunya dunia bisnis terkadang tidak memperlihatkan proses jatuh bangun merintis usaha. Takutnya, penonton langsung mengajukan berhenti bekerja dan terjun langsung berbisnis setelah selesai menonton film "Home Sweet Loan", padahal berbisnis tidak semudah membalikkan telapak tangan. Berdarah-darah di awal, tanpa omzet, tanpa profit mungkin akan dijumpai. Bagi yang sudah berkeluarga, resign dan kemudian berbisnis langsung adalah ibarat bunuh diri, apalagi kalau tidak tahu prospek bisnis tersebut cerah atau tidak.
Sebagai contoh, meskipun tidak sepenuhnya mirip dengan Kaluna, saya mempunyai seorang kenalan, perempuan bernama L, yang dulu bekerja di sebuah bank swasta terkemuka. Bekerja di Bank B cabang Samarinda, berpuluh tahun, sampai pensiun, kalau tidak salah, L pensiun di tahun 2021.Â
Sebelum pensiun, di tahun 2020, sebelum covid-19 melanda, dia dan beberapa karyawan bank B yang juga akan pensiun tahun 2021, satu tahun kemudian, mendapat perlakuan dari Bank B yang menghargai kerja keras mereka dengan sekitar satu minggu acara "pembekalan" sekaligus refreshing di salah satu kota di Pulau Jawa.Â
"Pembekalan" seperti apa yang dimaksud?
L menceritakan "pembekalan" yang dia dan kolega-koleganya dapatkan adalah pengetahuan dan keterampilan akan wirausaha selepas tidak bekerja di bank tempat mereka menghabiskan hampir setengah hidup mereka untuk kemajuan bank.
Tidak ada yang menghendaki perpisahan, tapi memang roda kehidupan tetap harus bergulir. Perpisahan tetap akan ada. Ada yang datang dan ada yang pergi. Tidak ada yang abadi di duniaÂ
ini.
Suami L, S, seperti tersadarkan. Memang sebagai seorang pengacara, dia memperoleh pemasukan yang terbilang lumayan, tapi tetap saja, tidak bisa disandingkan dengan pendapatan L yang memang sangat mapan.
Saya heran dengan kebiasaan S yang aneh. Sewaktu covid-19 melanda, L memercayakan saya untuk mengajar putra mereka satu-satunya, M, karena perubahan proses belajar mengajar dari luring menjadi daring. L takut M mengalami penurunan minat belajar. Apalagi dia seorang diri di rumah. Tidak ada anggota keluarga yang membimbing M untuk belajar.