Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Sentilan Literasi dalam "The Equalizer"

30 Agustus 2024   16:42 Diperbarui: 30 Agustus 2024   16:51 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah itu, McCall membaca buku sambil menikmati secangkir teh hangat di malam itu. Tidak disebutkan sampai jam berapa dia melewati proses membaca di coffee shop tersebut.

Hobi tak lazim dari mantan agen yang biasanya tidak berhubungan dengan literasi. Pada umumnya, film-film yang menceritakan tentang mantan agen semisal Jason Bourne, tidak memperlihatkan hobi yang bernuansa 'keheningan'. Bourne sebagai contoh, menyukai jogging, dan beberapa film yang lain menunjukkan mantan-mantan agen yang rutin melakukan push up, sit up, dan kegiatan fisik yang menjaga kekuatan otot tubuh mereka setelah purnatugas.

Nilai moral dalam "The Equalizer"

Saya tidak perlu menceritakan tentang review film ini, karena selain sudah lawas, saya rasa sudah banyak orang yang menuliskan tentang isi film ini.

Saya tertarik dengan nilai-nilai moral yang ada dalam film "The Equalizer", nilai-nilai yang menginspirasi, bahkan mengubahkan hidup orang lain, meskipun ini fiksi.

Saya menarik 3 (tiga) nilai moral dalam "The Equalizer" yang berkaitan dengan membaca.

1. Budayakan gemar membaca

Ini yang menjadi persoalan. Membaca belum menjadi budaya di negeri +62 dari doeloe sampai now. 

Sebenarnya kalau bicara masalah harga buku mahal sehingga tidak terjangkau oleh isi dompet warga, bisa dikatakan ada benarnya, tapi kalau itu menjadi alasan tidak suka membaca, alangkah menyedihkannya.

Saya mengatakan demikian karena sekarang, dengan adanya teknologi informasi yang sudah mulai merata di antero Indonesia, serta kecepatan akses internet yang sudah semakin baik, membaca seharusnya tidak menjadi kendala lagi. Tidak terbatas membaca buku, majalah, surat kabar, atau produk-produk bacaan berbentuk fisik. 

Lewat digital, membaca bisa dilakukan dengan mudah. Kapan saja dan dimana saja. Dengan bantuan gawai di genggaman tangan, membaca menjadi mudah dan murah, bahkan bisa gratis.

Secara pribadi, saya sangat terbantu dengan keberadaan gawai, khususnya smartphone. Dengan smartphone, saya bisa membaca berita di media online, khususnya media massa yang sudah merambah ke digital, seperti Kompas dan Tempo. Ini memudahkan saya dalam mengakses koran Kompas dan majalah Tempo yang sebelumnya (menurut saya), harga versi cetaknya lumayan menguras isi dompet. Dengan harga versi digital, lumayan bersahabat di kantung saya.

Dan bukan hanya itu. Dengan adanya aplikasi Perpustakaan Nasional (iPusnas) atau aplikasi perpustakaan sejenis, setiap warga negara Indonesia dapat meminjam buku digital tanpa dipungut biaya alias gratis dan membacanya dengan mudah di gawai. Saya sangat senang dengan gebrakan inovatif dari pemerintah berkaitan dengan memudahkan setiap warga untuk mendapatkan akses informasi demi memperoleh pengetahuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun