Ternyata saya salah.
Ternyata Mas Pembawa Acara menyatakan bahwa ada pemisahan kelas untuk berbagai kategori murid-murid les gitar.
Untuk yang tidak bisa bermain gitar atau belum pernah main gitar sama sekali, mereka langsung menulis nama di daftar "Beginner" atau Pemula, serta membayar lima puluh ribu rupiah untuk tiga bulan (12 kali pertemuan) ke depan (yang bukan termasuk "Beginner" juga membayar nominal yang sama). Bukan uang les. Uang tersebut akan digunakan untuk memperbanyak bahan ajar berupa fotokopi materi, Songbook dan Chord Chart.
Untuk calon murid yang "bisa" main gitar, dalam artian tidak terlalu mahir, mereka akan menjalani tes kemampuan, yaitu dengan memainkan gitar sambil bernyanyi.
Setelah tes, para guru gitar menentukan penempatan murid-murid yang 'agak bisa' tadi.
Calon murid melalui audisi dengan memainkan satu lagu bebas entah itu pujian (praise) atau penyembahan (worship).
Ada dua ruang ujian. Saya masuk ke ruangan di sebelah tangga. Kami menghadap bertiga-bertiga.
Ada dua mentor di hadapan kami. Mereka meminta kami memainkan lagu yang kami bisa di gitar.
Strumming atau genjrengan menjadi andalan karena memang tujuan les gitar ini adalah mencetak anggota-anggota MK menjadi pemain gitar di ibadah MK.
Kelangkaan pemain gitar di ibadah MK mungkin menjadi pemicu munculnya les gitar ini.
Setelah "audisi" tuntas, kami menunggu selama beberapa menit, sampai akhirnya keputusan "dewan juri" keluar, yaitu mereka akan menempatkan kami, calon murid les gitar, dalam empat kelas yang berbeda, dengan ketentuan dua kelas pada jam tujuh malam dan dua kelas lagi pada jam delapan malam.