Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengumbar Kekecewaan di WAG, Apakah Guru Sudah Bercermin?

3 Desember 2022   19:55 Diperbarui: 4 Desember 2022   20:06 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut kacamata saya, ada 3 (tiga) faktor penyebab penurunan nilai siswa.

1. Keluarga dan lingkungan pergaulan peserta didik

Bicara soal keluarga, bicara soal garda terdepan dalam pendidikan. Keluargalah yang sebenarnya menentukan berhasil atau gagalnya generasi penerus di masa mendatang.

Selama ini kebanyakan orangtua (dan mungkin juga beberapa guru) menganggap bahwa pendidikan itu sepenuhnya berada di tangan lembaga penyelenggara pendidikan, yaitu pihak sekolah.

Mayoritas peserta didik yang "bermasalah" di sekolah mempunyai orangtua yang tidak menerapkan pendidikan dan disiplin pada anak di rumah.

"Kan saya kerja, mana sempat ngajarin dan perhatiin anak saya!"
"Anak banyak. Sibuk di rumah. Pendidikan di tangan sekolah saja."

Saya menemui berbagai orangtua dengan pendapat seperti dua contoh diatas. Kebanyakan orangtua seperti itu, menurut survei tidak resmi dari saya sewaktu masih mengajar bahasa Inggris di berbagai Sekolah Dasar di Samarinda.

Tak pelak lagi, keluarga adalah koentji keberhasilan peserta didik, karena sejak lahir sampai dewasa, waktu peserta didik bersama keluarga lebih banyak dibanding di sekolah dan lembaga pendidikan lainnya.

Mungkin Anda tidak asing lagi dengan pepatah yang mengatakan "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya". Pepatah ini menggambarkan bahwa perilaku dan karakter anak tidak akan jauh berbeda dengan ayah dan ibunya. Ibarat kata, anak adalah "salinan" dari kedua orangtuanya.

Jadi, daripada menimpakan kesalahan sepenuhnya kepada peserta didik, kenapa guru tidak berkomunikasi dengan orangtua murid untuk mengetahui permasalahan yang sebenarnya? Kondisi rumah yang tidak nyaman dan orangtua yang kurang peduli pada pendidikan sangat mempengaruhi motivasi belajar dan karakter anak.

Lingkungan pergaulan dengan teman juga menjadi poin penting, baik itu pergaulan dengan anak-anak seusia di seputar rumah atau teman-teman sekelas di sekolah. Pemantauan orangtua seharusnya ada, karena pergaulan yang buruk akan merusak kebiasaan yang baik, dan guru juga harus menyadari akan hal tersebut.

2. Banyaknya jumlah mata pelajaran beserta tugas-tugasnya

Sudah terang benderang, bukan rahasia lagi kalau jumlah mata pelajaran di sekolah-sekolah Indonesia sangatlah banyak. Seakan menyandang jargon "memberikan bekal sebanyak-banyaknya untuk peserta didik".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun