Tapi, ada kelemahan dari penggunaan ponsel pintar, khususnya dalam hal membaca, yaitu banyaknya gangguan yang dihadapi pengguna gawai sewaktu mereka membaca buku elektronik atau berita online, seperti notifikasi dari aplikasi perpesanan singkat dan media sosial.
Membaca buku, apalagi buku setebal batu bata seperti "Buku Pintar" ini, tentu saja bagi sebagian besar orang, sangat jauh dari kesan "menghibur".
Tapi, bagi saya sewaktu remaja, "penghiburan" yang "Buku Pintar" berikan benar-benar nyata. Seakan menjalani tur perjalanan wisata dari masa ke masa, menguak rahasia alam, menyajikan keajaiban dunia, dan lain sebagainya.
* * *
Sayangnya, saya tidak membawa "Buku Pintar" tersebut ke kota di mana saya berdomisili sekarang. "Buku Pintar" ini tetap berada di rak buku di rumah peninggalan orangtua di Balikpapan.
Terkadang saya membuka lembar demi lembar buku tersebut sewaktu pulang kampung. Walaupun warna kertas sudah menguning dan berbau apak, namun, bagi saya, "Buku Pintar" ini tetap berharga.
Menyedihkan, saat ini, mayoritas generasi muda lebih menggantungkan sumber informasi dari mbah Google dibanding buku. Kebanyakan dari murid-murid saya menegaskan hal tersebut.
Kiranya para orangtua perlu menyadari pentingnya menanamkan kebiasaan membaca, khususnya membaca buku, pada anak sejak dini. Dengan kecintaan membaca buku sejak usia dini, para buah hati akan lebih terpacu untuk maju, bukan hanya dalam bidang akademik, tetapi juga non akademik.
Bagi saya, kebiasaan membaca buku dengan banyaknya buku di rumah sejak saya masih belia, menuntun saya sampai ke keadaan saya yang sekarang, sangatlah saya syukuri. "Buku Pintar " adalah salah satu buku yang meninggalkan jejak di benak dan perjalanan saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H