Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kisi-kisi yang Terlambat

13 Juli 2022   15:58 Diperbarui: 13 Juli 2022   17:58 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ujian.(THINKSTOCKPHOTOS via KOMPAS.COM)

Ujian semester sudah selesai dan Brian (nama samaran) sudah mendapatkan rapor. Bagaimana dengan hasilnya? Entahlah. Saat awal tulisan ini dibuat (Minggu,19 Juni 2022), saya belum mendapat kabar dari ibunda Brian. Pembagian rapor berlangsung di hari sebelumnya, Sabtu, 18 Juni 2022.

Senin, 20 Juni 2022, saya akan mengetahui nilai-nilai Brian karena ibunya tetap menginginkan anaknya les, "Daripada dia menganggur di rumah. Belajar komputer dan keyboard saja selama liburan ini."

Tentu saja, saya tidak keberatan, Malah, saya senang, karena dengan begitu, saya pun jadi tidak "menganggur" di rumah dan tidak "mantab" alias makan tabungan.

Hari Senin, 20 Juni 2022 pun tiba. Saya menanyakan perihal rapor dan, tentu saja, tentang kisi-kisi yang "terlambat" diberikan.

Jawaban "sudah ketentuan" dari guru kelasnya membuat saya tidak habis pikir.

Kilas Balik Masalah

Mungkin Anda bingung apa keterkaitan antara judul dan pemaparan. 

Baiklah, saya akan menceritakan kilas balik masalahnya.

Bermula dari mempersiapkan pengetahuan dan mental Brian dalam menghadapi ujian semester 2 yang akan menentukan kenaikan kelas.

Saya menanyakan perihal kisi-kisi atau paling tidak guru-guru Brian memberitahu bahan-bahan materi pelajaran yang akan diujikan.

Herannya, guru-gurunya, tidak menginformasikan. Tidak seorang pun! Padahal, sebelumnya peserta didik perlu mengetahui kisi-kisi yang merupakan peta pemaparan bahan ajar dalam butir-butir yang terstruktur dan sistematis.

"Benar, tidak satu pun yang bicara soal bahan ulangan?" saya bertanya kembali, menegaskan. Mungkin pendengaran saya lagi bermasalah.

"Ya, Pak. Semua guru belum kasitau," jawab Brian.

Telinga saya ternyata baik-baik saja. Memang tidak ada kabar berita tentang kisi-kisi mata pelajaran atau sekurang-kurangnya, materi yang akan diujikan.

Timbul pertanyaan besar di benak saya.

"Lalu peserta didik tidak perlu mempersiapkan diri?"

Pertanyaan ini bisa dikatakan "terjawab" saat melihat kenyataan. Beberapa fakta terungkap satu per satu.

Guru Agama memberikan kisi-kisi pada hari Minggu, 29 Mei 2022 pada pukul 19.00 WITA lewat perpesanan singkat WhatsApp. Ulangan Agama akan diselenggarakan esok harinya, Senin, 30 Mei 2022 di jam pertama ujian.

Guru IPS mengirimkan kisi-kisi ke WA Group pada hari Jumat, 3 Juni 9022. Ujian mata pelajaran IPS dilangsungkan pada hari Sabtu, 4 Juni 2022.

Guru Bahasa Inggris menyampaikan kisi-kisi (juga lewat WA) pada hari Selasa, 31 Mei 2022. Ujian Semester Dua untuk mata pelajaran Bahasa Inggris dilaksanakan pada hari Kamis, 2 Juni 2022.

Guru Bahasa Indonesia menyampaikan kisi-kisi secara lisan di akhir pelajaran di pertemuan tatap muka terakhir sewaktu peserta didik sudah memasukkan semua buku ke dalam tas mereka.

Guru Matematika mengirimkan berkas kisi-kisi yang sangat detail pada hari Rabu, 1 Juni 2022. Ujian Semester Dua untuk mata pelajaran Matematika jatuh pada hari Jumat, 3 Juni 2022.

Berdasarkan informasi Brian (sekali lagi), untuk mata pelajaran PPKn, IPA, TIK, IT Preneur, dan SBdP; para guru mata pelajaran ini tidak memberikan, tidak memberitahu kisi-kisi untuk persiapan ujian semester dua.

Untuk mata pelajaran PJOK, sang guru memberitahu "kisi-kisi" lewat WA satu hari sebelum ujian PJOK berlangsung.

Para guru Brian di kelas tujuh di SMP di mana dia bersekolah sepertinya sepakat memberikan kisi-kisi satu hari, dua hari, atau beberapa hari sebelum ujian semester dua di tahun ajaran 2021/2022.

Awalnya, saya dan ibu Sinta (bukan nama sebenarnya, ibunya Brian) mempunyai dua asumsi.

Pertama, Para guru sangat sibuk, sehingga tidak sempat memberikan kisi-kisi jauh hari sebelum ujian semester.

Kedua, Kebiasaan di sekolah tersebut yaitu memberikan kisi-kisi kepada peserta didik dalam waktu yang "dekat" dengan jadwal ujian.

Bu Sinta menanyakan tentang mepetnya pemberitahuan kisi-kisi sebelum ujian semester saat menerima rapor kenaikan kelas kepada Bu Nia (nama samaran, guru kelas Brian).

Jawaban "Sudah ketentuan" yang keluar dari mulut Bu Nia sangat mencengangkan, membuat Bu Sinta heran. Apalagi saya. Sangat, sangat heran.

Masukan buat rekan

Saya tidak ingin menggurui dalam hal ini Bagi saya, para guru di SMP di mana Brian bersekolah adalah teman sekerja di bidang pendidikan, meskipun saya tidak berada di lembaga pendidikan yang sama dengan mereka.

Jadi, apa yang saya akan ungkapkan sebentar lagi bukan merupakan petuah atau nasihat, tetapi masukan, saran, bukan hanya untuk para guru Brian (kalau merasa), namun juga bagi Anda (jika berprofesi sebagai guru) yang, mungkin selama ini menerapkan hal yang sama seperti para guru Brian.

Ada 3 (tiga) masukan dari saya.

1. Rencanakan kisi-kisi dengan baik

Saya beruntung, dulu, beberapa tahun yang lalu, Saya dipercaya oleh Dinas Pendidikan Cabang salah satu kecamatan di Samarinda sebagai salah seorang anggota tim pembuat soal ujian semester di tingkat Sekolah Dasar (SD) untuk mata pelajaran Bahasa Inggris.

Sebelum membuat soal ujian, kami, tim pembuat soal dari berbagai mata pelajaran mendapat "pembekalan" terlebih dahulu, mulai dari cara pembuatan kisi-kisi, kartu soal, sampai pada proses finalisasi rampungnya soal-soal ujian beserta kunci jawaban.

Bicara tentang kisi-kisi, Pak Yudha (bukan nama sebenarnya), sang penatar, memberitahukan tentang prosedur penyusunan kisi-kisi yang baik dan benar. 

Mulai dari menggunakan "kata kerja operasional" sampai penyebaran soal dalam "peta" kisi-kisi dikupas tuntas. Kisi-kisi bukanlah bocoran soal, tetapi menuntun para peserta didik dalam mempersiapkan ujian semester dalam bentuk kalimat - kalimat aplikatif, bukan hanya menyodorkan bab-bab yang harus para peserta didik pelajari.

Anehnya, "kisi-kisi" versi para guru Brian terlalu berfokus kepada bab-bab materi ajar dalam buku paket. Berikut beberapa contohnya dalam mata pelajaran IPS dan Bahasa Inggris.

Tangkap layar - sekilas kisi-kisi IPS Bab 3 dan 4 | Dokumentasi Pribadi
Tangkap layar - sekilas kisi-kisi IPS Bab 3 dan 4 | Dokumentasi Pribadi

Tangkap layar - sekilas kisi-kisi Penilaian Akhir Tahun (PAT) Bahasa Inggris | Dokumentasi Pribadi
Tangkap layar - sekilas kisi-kisi Penilaian Akhir Tahun (PAT) Bahasa Inggris | Dokumentasi Pribadi
Saya tidak habis pikir. Apakah mereka tidak pernah mendapat pelatihan membuat kisi-kisi sebelumnya?

Untuk kisi-kisi PAT Matematika, bisa dikatakan bagus, mendekati aturan-aturan dalam penulisan kisi-kisi. Sayangnya, ada beberapa poin di kisi-kisi yang "terkesan" memberitahu soal ujian, seperti yang terlihat berikut ini.

Tangkap layar - kisi-kisi Matematika sesuai aturan | Dokumentasi Pribadi
Tangkap layar - kisi-kisi Matematika sesuai aturan | Dokumentasi Pribadi

Tangkap layar -
Tangkap layar - "terkesan" memberitahu soal ujian | Dokumentasi Pribadi
Rencanakan kisi-kisi dengan baik. Rancang sebaik mungkin sesuai rambu-rambu yang ada. Jangan asal membuat.

Mungkin Anda pernah mendengar kalimat "Gagal dalam merencanakan berarti merencanakan kegagalan sendiri itu."

Sukses bukan "kebetulan". Selalu ada pola, rencana yang matang. Tidak ada proses belajar mengajar yang menyenangkan dan berhasil jika tidak didahului Rencana Perencanaan Pembelajaran (RPP) yang terstruktur dan sistematis.

2. Berikan kisi-kisi pada peserta didik jauh hari sebelum ujian semester

Kalau Anda pernah berkuliah, Anda pasti tahu istilah "SKS" sebelum ujian semester. Tentu saja, bukan "Sistem Kredit Semester" yang dimaksud, tetapi "Sistem Kebut Semalam", belajar secara gila-gilaan malam sebelum ujian esok harinya.

Saya juga pernah melakukannya. Saya yakin Anda pun pernah melakukan hal yang sama. Kepepet istilahnya (ngeles, padahal sebenarnya malas, hehehe).

Dan bisa ditebak bagaimana hasilnya?

Tentu saja tidak memuaskan.

Saya rasa, para guru Brian memahami kalau sistem kebut semalam tidaklah baik dari berbagai segi, bukan hanya dari segi prestasi akademik, tapi juga memengaruhi kesehatan dan mental peserta didik.

Seperti halnya para olahragawan, mereka menjalani program latihan yang terstruktur dan sistematis jauh hari sebelum pertandingan kompetisi yang sebenarnya. Perencanaan jauh-jauh hari sangatlah penting untuk menjadi juara sejati.

Perencanaan dalam bentuk kisi-kisi yang tertulis dengan baik dan benar akan menuntun dan membimbing para peserta didik ke arah yang tepat. Bukan hanya sekadar meraih hasil maksimal dalam ujian, namun mendidik para peserta didik tentang pentingnya "persiapan".

Memberikan kisi-kisi kepada peserta didik jauh hari sebelum ujian adalah wajib hukumnya.

3. Hasil gemilang diraih melalui proses panjang

Lebih meneguhkan poin kedua, tidak ada yang namanya "kebetulan" di dunia ini. Kesuksesan yang diperoleh, hasil gemilang, selalu diraih melalui proses panjang.

Pengulangan.

Kata yang terkadang membuat bosan dalam benak, namun begitulah kenyataannya. Kita bisa melihat pada diri para atlet yang berjuang setiap hari, berlatih dengan tidak jemu-jemu selama berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun.

Kompetisi atau pertandingan hanya berlangsung dalam beberapa hari. Persiapan untuk menghadapi kejuaraan membutuhkan waktu lama, padahal penentuan juara hanya dalam hitungan hari. Itu pun kalau jadi juara.

Memang, latihan spartan dalam proses panjang bukan satu-satunya faktor penentu meraih gelar juara. Faktor nonteknis seperti mental turut menentukan. Namun, tetap saja, kesuksesan ditentukan oleh kerja keras dalam durasi yang tidak sebentar.

Dengan memberikan kisi-kisi satu atau dua hari sebelum ujian sama saja dengan mengajarkan para peserta didik untuk mengingkari pentingnya proses panjang dalam meraih hasil gemilang.

Sepertinya, budaya bergegas ala ponsel pintar sudah mengejawantah ke dalam diri kebanyakan para pendidik. Mungkin, anggapan "belajar cepat" menjadi acuan semudah klik-klik dan scroll-scroll layar smartphone.

Selama menjadi pendidik, kata-kata salah seorang ilmuwan terbesar sepanjang sejarah peradaban di muka bumi menjadi pegangan saya.

Sosok hebat tersebut, Thomas Alva Edison, pernah berkata di dalam sebuah buku yang pernah saya baca di saat saya masih belia. Kalimat itu yaitu "Genius adalah satu persen bakat dan sembilan puluh sembilan persen keringat."

Mungkin ada versi terjemahan lain yang berbeda, tapi pada intinya sama. Talenta tanpa disertai usaha keras akan menjadi sia-sia.

* * *

Sebentar lagi tahun ajaran baru akan segera dimulai. Para guru sudah seharusnya membenahi diri, mempelajari hal-hal baru, metode pengajaran terkini, dan memperlengkapi diri secara menyeluruh, khususnya mengenai pengetahuan seputar kisi-kisi supaya pembelajaran yang grusa-grusu tanpa persiapan seperti kasus-kasus yang kita sudah bahas sebelumnya tidak terjadi.

Jangan sampai para guru malah terkontaminasi dengan paradigma "kerja cerdas" karena terpengaruh dengan efek negatif dari smartphone dan beberapa motivator. Biarlah "kerja keras" menjadi koentji bagi para pendidik untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun