Mengajar di Sekolah Dasar (SD) memang menantang bagi sebagian besar orang. Ada beberapa teman yang juga berprofesi sebagai guru di SMP, SMA, dan SMK mengutarakan keengganan mereka mengajar di SD.
"Susah! Kan masih anak-anak! Masih harus kita nasehati, marahi, bimbing,...," kata Dodi yang beralasan kenapa dia memilih SMK sebagai destinasi tempat mengajar.
"Ah, ribet! Ngurus anakku yang umurnya sembilan tahun saja sudah susahnya setengah mati, apalagi ngurus tiga puluhan murid SD!" ujar Sinta yang lebih memilih SMP dibanding SD.
Masih banyak keluhan kalau dituangkan di sini. Dan juga bakal melenceng dari judul artikel ini.
Saya pribadi sangat menyukai tantangan dan mengajar di SD selalu memberikan pengalaman unik yang berharga dibandingkan mengajar di tingkat pendidikan menengah dan tinggi.
Satu lagi pengalaman yang berkesan tersebut adalah tentu saja perihal materi ajar. Mudah-mudahan Anda yang pernah membaca beberapa artikel saya sebelumnya tidak bosan membaca berbagai kisah saya, tapi bisa saya pastikan kalau setiap cerita akan selalu berbeda.
Kali ini, yang menjadi perhatian adalah persoalan "ini" dan "itu".
Mungkin Anda tahu, seperti biasa kalau peserta didik usia dini, khususnya di kelas satu Sekolah Dasar, maka pengenalan huruf dan angka menjadi dasar awal.
Membaca menjadi tahap selanjutnya. Merajut, membangun pemahaman membaca susah adanya.
"Ini Ibu Budi" dan "Ini Bapak Budi" adalah kalimat-kalimat yang umumnya kita dengar saat para guru mengajar peserta didik di kelas satu SD tersebut.
Dan ini tidak menjadi soal, karena dalam kasus belajar bahasa Inggris, bukan itu yang menjadi pokok bahasan.