Ini yang menjadi persoalan paling menjengkelkan dari kebanyakan masyarakat Indonesia yaitu kalau menyangkut anggapan, perkiraan, asumsi, atau perasaan.
"Saya anggap seperti itu cara bacanya."
"Saya kira mengejanya seperti ejaan huruf bahasa Indonesia."
"Saya berasumsi seperti itu..."
"Perasaan sama aja..."
Menyatakan sesuatu tanpa bukti autentik tentu saja bukan tindakan yang bijak.
Dari segi aturan tata bahasa saja sudah berbeda jauh, apalagi kalau menyangkut pengucapan abjad.
Kedua, Malas mempelajari
Seperti yang saya sebutkan di awal tulisan kalau budaya baca dan tulis belum mengakar di Indonesia. Kebanyakan warga +62 lebih suka menonton TV dan YouTube, serta main game online dibandingkan membaca dan menulis.
Sudah begitu banyak bahan, sumber belajar di dunia maya. Kita sudah sangat mudah mendapatkan apa saja yang kita ingin ketahui lewat gawai cerdas di tangan kita.
Sayangnya, malas menjadi musuh utama. Malas mempelajari.