Sudah bukan rahasia lagi kalau minat baca dan tulis kebanyakan warga Indonesia masih sangat rendah. Budaya lisan lebih mengakar daripada budaya baca dan tulis. Kebiasaan menonton televisi dan kecanduan smartphone lebih mendominasi.
Imbas dari itu semua adalah kemalasan belajar dalam diri mayoritas peserta didik yang saya bina. Yang rajin cuma beberapa. Bisa dihitung dengan jari.
Sebagai contoh, ada salah satu murid les saya yang membaca saja masih terbata-bata. Padahal sudah duduk di kelas tujuh SMP. Rio (bukan nama sebenarnya) membuat saya geleng-geleng kepala. Dia adalah salah satu murid les terparah dari segi kemampuan membaca yang pernah saya bimbing.
Itu baru satu. Masih banyak lagi murid les dan peserta didik yang mempunyai keterampilan membaca yang menyedihkan.
Meskipun begitu saya tetap berupaya semaksimal mungkin untuk mengajar mereka. Tentu saja, dengan memberikan saran kepada orangtua atau wali peserta didik demi kemajuan belajar anak, supaya orangtua juga memperhatikan pendidikan putra-putri mereka di rumah, karena tanpa peran serta orangtua, hasil belajar yang akan diperoleh ananda tercinta tidak akan maksimal.
Karena kendala pemahaman dalam bahasa Indonesia, kebanyakan peserta didik yang saya bina mendapatkan kesulitan dalam belajar bahasa Inggris.
Salah satu kendala yang menjadi persoalan adalah mengeja abjad dalam bahasa Inggris (Spell the English Alphabet).
Kebanyakan dari peserta didik yang saya tangani menganggap kalau mengeja abjad dalam bahasa Inggris sama saja dengan pengejaan abjad bahasa Indonesia.
Mayoritas peserta didik SD, SMP, SMA, dan bahkan perguruan tinggi yang saya bina melakukan hal yang serupa.
Dari pengalaman dan bertanya secara langsung, ada dua penyebab mengapa mereka mengalami kesulitan dalam mempelajari pengucapan abjad dalam bahasa Inggris.
Pertama, English Alphabet Spelling dianggap sama dengan pengejaan abjad bahasa Indonesia