Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menyoal Bimbel "Satu Arah" Sesudah Ujian

13 Maret 2021   20:57 Diperbarui: 14 Maret 2021   09:46 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ujian Try Out untuk kelas enam SD di kota Samarinda sudah dimulai sejak hari Senin, 8 Maret 2021. Ujian Try Out untuk kelas enam SD ini terbagi menjadi dua bagian.

Bagian pertama adalah ujian tertulis atau yang biasa masyarakat umum menyebutnya sebagai "ujian teori" dengan jenis soal berbentuk Pilihan Ganda (PG) mulai dari hari Senin, 8 Maret 2021 sampai dengan Sabtu, 13 Maret 2021, dengan hari kosong yaitu hari Kamis, 11 Maret 2021, karena bertepatan dengan hari libur nasional, yaitu hari raya Isra Miraj Nabi Muhammad SAW.

Bagian kedua adalah ujian praktik yang akan dilakukan mulai hari Senin depan, 15 Maret 2021 sampai dengan Jumat, 19 Maret 2021.

Saya tetap mengajar les kepada murid-murid. Kok bisa? Karena saya juga menyambi mengajar mata pelajaran (mapel) lain, selain bahasa Inggris. Karena kondisi pandemi, terpaksa saya sedikit "menyimpang" dari panggilan sebagai guru bahasa Inggris. 

Supaya asap dapur tetap mengepul.

Hari Senin, 8 Maret 2021, saya mengajar murid les saya, sebut saja Bimo, siswa kelas enam di salah satu SD swasta di Samarinda.

Tentu saja, saya mengajar les sesudah Bimo menyelesaikan ujian Try Out-nya di hari tersebut. 

Tapi sebelum belajar dengan saya, Bu Dewi (bukan nama sebenarnya), ibunya Bimo, menyuruh putra semata wayangnya itu untuk makan siang. Saya pun juga diajak untuk makan bersama Bimo, menemaninya makan.

"Masa rezeki ditolak?" begitu pemikiran saya.

Sembari menikmati makanan, saya sedikit mengajukan pertanyaan kepada Bimo tentang ujian di hari pertama, yaitu Pendidikan Agama dan PKn. 

Belum juga bertanya lebih lanjut, Bu Dewi sudah mengatakan "kalimat yang tidak enak di telinga" untuk Bimo, "Dek, kata bu guru di WA, nanti jam dua, ada Zoom. Bimbel. Bahas bahan materi ujian buat besok."

Sebetulnya bukan hal aneh lagi kalau mendengar guru kelas dari Bimo mengadakan bimbel di saat mata sebenarnya tidak bisa diajak bekerja sama di siang hari karena faktor lelah dan mengantuk setelah belajar online di pagi hari.

Tapi yang membuat saya heran adalah di semester satu di tahun lalu, sang guru, Bu Linda (nama samaran), tidak mengadakan bimbel di saat ujian tengah semester (UTS) dan ujian semester sedang bergulir.

Di semester dua di tahun ini, sepertinya kebijakan bimbel berubah. Setelah peserta didik kelelahan sehabis menjalani ujian Try Out dari dua mata pelajaran, sang guru masih merasa perlu hadir memberikan pelajaran tambahan sesudahnya.

Yah, mungkin saja sang guru ingin mengejar ketertinggalan materi pelajaran yang tak sempat selesai sebelum Try Out. Itu prediksi saya.

Setelah makan selesai dituntaskan, saya mengajar Bimo, membahas soal Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan Try Out tahun lalu yang diberikan oleh guru kelasnya.

Dua jam adalah batas waktu belajar yang saya tetapkan. Jam dua selesai dan saya pamit pulang.

Keesokan harinya, Selasa, 9 Maret 2021, saya datang seperti biasa ke rumah Bimo untuk mengajar les. Makan siang terlebih dahulu sebelum les. 

Seperti biasa, saya menanyakan tentang ujian Try Out pada hari itu yaitu Bahasa Indonesia dan IPS.

"Baik aja, Pak. Bisa kerjakan," kata Bimo.

Dan waktu saya bertanya soal bimbel yang diadakan pada hari sebelumnya, ibunya Bimo langsung menyerobot menjawab, "Keterlaluan sekali guru kelasnya. Anak disuruh ikut bimbel dari jam tiga sampai jam tujuh!"

Wow! Dari jam tiga siang sampai jam tujuh malam. Empat jam! Saya tidak bisa membayangkan betapa capeknya Bimo dan kawan-kawannya.

"Apa saja yang dibahas gurunya di bimbel Zoom, Bu?" tanya saya, ingin tahu.

"Ah, bimbel satu arah. Membosankan!," jawab Bu Dewi ketus, "Guru meminta siswa membaca soal secara bergiliran, kemudian menyebutkan jawaban dari sederet pilihan ganda A, B, C, atau D. 

"Kalau jawaban benar, dia memberi komando lanjut ke soal berikut. Jika jawaban salah, dia melemparkan kesempatan kepada murid yang lain untuk menjawab. Jika murid lain memberikan jawaban yang benar, dia mengarahkan murid untuk lanjut ke soal berikut."

"Jika salah, dia akan membahas langsung, menjelaskan sedikit tanpa memberi kesempatan murid untuk berkomentar. Tujuan? Supaya soal UAS tahun lalu, yaitu Bahasa Indonesia dan IPS bisa tuntas dibahas!"

Saya cuma geleng-geleng kepala mendengar bimbel "satu arah" Bu Linda.

Di hari Selasa, 9 Maret 2021, Bu Linda harus mengikuti pelatihan guru, sehingga bimbel "satu arah" berlangsung dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, cuma satu jam dari jam 12 tengah hari sampai jam satu siang.

Di hari Rabu, 10 Maret 2021, ada bimbel dari Bu Linda, berlangsung selama 1 jam 30 menit dari jam 15.00 WITA sampai 16.30 WITA. 

Di hari Kamis, 11 Maret 2021, tidak ada bimbel sama sekali. Padahal pada keesokan harinya ada mata pelajaran yang sering menjadi momok peserta didik yaitu matematika dan soal-soal Try Out dan UAS tahun lalu belum selesai dibahas.

Di hari Jumat kemarin, 12 Maret 2021, tidak ada bimbel, karena Bu Linda beralasan kalau dia ada urusan dan sebagai gantinya, dia memberikan "kunci jawaban" dari soal-soal Try Out dan UAS tahun lalu yang sudah berada di tangan peserta didik, namun belum sempat dibahas satu nomor pun.

Hal-hal yang perlu menjadi perhatian...

Saya tidak tahu apakah Anda yang membaca tulisan ini adalah seorang guru atau orangtua murid.

Katakanlah Anda adalah seorang guru seperti saya. Saya tidak terlalu yakin apakah Anda sependapat atau tidak, tapi menurut saya, apa yang dilakukan oleh Bu Linda dan mungkin juga oleh beberapa guru lainnya, yang menyandang status guru yang mempersiapkan peserta didik untuk lulus dengan hasil gemilang dari SD, SMP, atau SMA, sebagai sesuatu yang sangat memprihatinkan.

Inilah hal-hal yang perlu menjadi perhatian bagi Bu Linda dan para rekan guru menyangkut soal bimbel "satu arah" sesudah ujian.

1. Jangan sekadar mengejar ketuntasan materi tanpa mengedepankan pemahaman peserta didik

Tidak salah kalau guru hendak mengupas tuntas soal-soal Try Out dan UAS tahun-tahun sebelumnya supaya peserta didik mempunyai gambaran tentang soal-soal Try Out yang akan mereka hadapi kelak. 

Tapi, cara menyampaikannya seharusnya memperhitungkan perihal pengertian peserta didik akan materi ajar. 

Peserta didik adalah manusia, bukan robot yang harus "disuapi" informasi ke dalam otak. Niscaya, proses penyuapan itu tidak akan berarti banyak pada pemahaman peserta didik. Mereka tidak akan sepenuhnya mengerti dan kemungkinan besar juga tidak bisa menerapkan materi ajar dalam kehidupan sehari-hari.

Memang aneh kalau mendengar sedikit "omelan" Bu Linda lewat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) lewat Zoom yang mempermasalahkan murid-murid binaannya yang tidak aktif dalam proses belajar mengajar, dan mendorong peserta didik untuk lebih "bersuara lantang" dalam membahas materi pelajaran, tapi pada kenyataannya, malah dia yang lebih banyak bicara.

Secara pribadi, saya tidak mau hanya sekadar menerima jawaban A, B, C, atau D, tapi saya juga ingin mengetahui alasan murid memilih opsi tersebut.

Sebagai contoh, saat membahas soal UAS tahun sebelumnya, saya selalu menanyakan kenapa Bimo memilih opsi A untuk soal nomor satu.

Memang membutuhkan waktu sedikit lebih lama, tapi untuk mendapat pemahaman yang terang benderang, butuh usaha yang keras.

2. Proses belajar itu butuh waktu panjang, bukan sistem kebut sehari

Entah apakah sang guru saat kuliah dulu menganut paham SKS atau tidak. Eh, jangan salah sangka dulu. SKS di sini bukan Sistem Kredit Semester, tetapi Sistem Kebut Semalam alias belajar semalam suntuk untuk menghadapi kuis esok harinya.

Proses belajar butuh waktu panjang, bukan sistem kebut sehari. Saya tidak tahu apa alasan Bu Linda, tapi kalau mengambinghitamkan Covid-19 sehingga mengakibatkan ketiadaan pembelajaran tatap muka yang menimbulkan akibat susulan yaitu tidak tercapainya target penyelesaian materi ajar, saya rasa sangat tidak mengena.

Sudah lebih dari setahun Covid-19 berada di muka bumi, dan sejak Maret 2020, proses belajar mengajar sudah menganut metode dalam jaringan (daring). 

Otomatis, di tahun ajaran baru, 2020/2021, guru harus merencanakan program mengajar, mulai dari Program Tahunan (Prota), Program Semester (Promes), Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan lain-lain.

Terlepas dari berbagai kebijakan pemerintah terkait revisi kurikulum atau yang sejenis, sudah seharusnya Bu Linda mempersiapkan rencana dalam mengajar dengan mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk aspek-aspek tak terduga.

Saya bertanya kepada Bimo dan beberapa murid les saya yang juga bersekolah di SD yang sama. Informasi yang saya dapat adalah serupa: Beliau adalah guru senior di SD tersebut. Beliau sudah bertahun-tahun mengajar di sana. Seharusnya beliau tahu akan semester yang padat dengan Try Out di semester dua ini.

Ibaratnya, seharusnya Bu Linda sudah "curi start" lebih dahulu, membahas soal-soal Try Out dan UAS tahun lalu di semester satu dan selambat-lambatnya pada bulan Januari dan Februari 2021.

Kepanikan "kejar tayang" bimbel satu arah di hari Senin, 8 Maret 2021, memperlihatkan kalau Bu Linda tidak mempunyai perencanaan yang jelas.

Mudah-mudahan anggapan saya salah, karena seperti yang mungkin pernah Anda dengar, yaitu "Gagal merencanakan berarti merencanakan untuk gagal".

3. Pertimbangkan kondisi fisik dan psikis peserta didik

Bagaimana kenangan Anda dulu di sekolah setelah menyelesaikan ujian dari dua mata pelajaran?

Kalau saya, tentu saja sangat lelah dan yang ada di pikiran adalah istirahat. Kalau ditambah dengan bimbel yang memakan waktu tiga jam lebih, yang terjadi yaitu serasa mau muntah.

"Bimo sudah capek belajar dan stres dengan pelajaran," kata Bu Dewi mengingat hari Senin, 8 Maret 2021, setelah dari jam 3 siang sampai jam tujuh malam, putranya menghadapi bimbel yang serasa tiada akhir.

* * *

Akhir kata, sebagai guru, kita ingin memberikan yang terbaik kepada peserta didik.

Oleh karena itu, pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan sudah seharusnya menjadi prioritas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun