Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

5 Hal yang Perlu Dilakukan di Tengah Ketakutan Virus Mutasi

4 Januari 2021   22:56 Diperbarui: 4 Januari 2021   23:27 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Virus mutasi. Kabar berita ini seakan mementalkan harapan kebanyakan orang termasuk saya sendiri. Kenapa? Karena ketakutan akan khasiat vaksin yang nanti bakal kita terima tidak akan mempan menangkal keganasan covid-19, karena virus mutasi ke bentuk yang lebih ganas.

Meskipun begitu, secara pribadi, saya sadar bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Kita semua harus tetap yakin, bahwa jika Tuhan mengizinkan covid-19 ada di muka bumi ini, pasti ada tujuannya. Mungkin terlihat buruk, namun pasti tetap ada sisi baiknya. Mempertanyakan alasan kenapa semua ini bisa terjadi tidak akan menjadikan dunia lebih baik.

Saya pun menimbang untuk menyampaikan lima hal ini yang perlu kita lakukan di tengah ketakutan virus mutasi. Bukan bermaksud menggurui, namun saya pikir, tidak ada salahnya untuk berbagi kepada Anda semua, demi kebaikan kita bersama.

Apa saja lima hal tersebut?

1. Tetap berpikir positif

Ilustrasi berpikir positif(shutterstock via KOMPAS.COM)
Ilustrasi berpikir positif(shutterstock via KOMPAS.COM)
Mungkin Anda bosan mendengar hal ini. Mungkin Anda berpikir kalau saya tidak tahu apa kesulitan Anda. 

Memang saya tidak tahu apa kesulitan Anda. Setiap orang mempunyai kesukarannya masing-masing. Hanya Tuhan dan orang tersebut yang tahu masalah yang dihadapi.

Namun yang membedakan orang yang bermental pecundang dan pemenang adalah cara berpikirnya. Bagi orang yang bermental 'pecundang', tembok adalah suatu hambatan, tapi untuk orang yang berjiwa 'pemenang', tembok adalah suatu tantangan untuk ditaklukkan.

Covid-19 adalah tembok tinggi nan tebal yang ada di hadapan kita semua. Apakah yang kita pikirkan saat melihat tembok tinggi yang menyeramkan ini? Apakah kita berusaha melompati tembok, melubanginya, menghancurkannya, atau menyerah dan mundur teratur? Itu tergantung dari cara berpikir kita.

Ada banyak berita negatif dan pesimis di sekitar, baik dari lingkungan, handai tolan, dunia maya, dan lain sebagainya. Apa respons kita terhadap semua berita tersebut? Alih-alih memedulikan, kita sebaiknya mengabaikannya dan kembali kepada Sang Pencipta, berdoa, berbicara kepada-Nya, membaca dan merenungkan firman-Nya, memercayai janji-Nya akan kehidupan damai sejahtera yang Dia akan limpahkan kepada kita.

Tetap berpikir positif lewat berbagai sumber yang bisa memperkuat iman percaya kita kepada-Nya. Dengan memiliki iman percaya, kita tetap akan melihat harapan itu tidak sirna dan suatu hari kelak Tuhan akan menjawab doa kita.

2. Tetap berolahraga dengan rutin

Ilustrasi(Shutterstock via KOMPAS.COM)
Ilustrasi(Shutterstock via KOMPAS.COM)
Sehat tanpa olahraga? Bisa, tapi itu cuma sehat pasif. Sewaktu-waktu sakit akan melanda dan tubuh Anda tak akan bisa melawan penyakit yang menerpa.

Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Mungkin istilah ini tidak asing bagi Anda. Berolahraga adalah kunci yang penting supaya kita menjadi tangguh, bukan hanya dari segi fisik prima, namun juga dari segi mental yang menjadi gigih berdaya.

Tetap berolahraga dengan rutin meskipun di saat pandemi. Tidak bisa olahraga di luar ruangan? Sebenarnya bukan alasan, karena di dalam rumah pun kita bisa melakukannya. Anda bisa melakukan olahraga bersepeda statis di dalam rumah. Tentu saja, terlebih dulu Anda harus mempunyai sepeda statis. 

Mau yang lebih murah meriah? Skipping atau lompat tali bisa Anda lakukan. Mau yang lebih, lebih murah meriah lagi? Lari di tempat bisa menjadi pengganti yang oke punya jika Anda suka jogging di luar rumah, tapi terkendala cuaca hujan atau takut berpapasan dengan orang yang tak dikenal.

Latih fisik Anda, jantung Anda, paru-paru Anda, otot Anda, dan lain sebagainya. Dengan berolahraga secara rutin, stamina Anda akan meningkat, kekebalan tubuh akan terjaga, dan efek lainnya adalah perasaan tenang timbul dan mendukung poin pertama sebelumnya tentang berpikir positif.

3. Makan makanan yang bergizi

Ilustrasi makan berlebihan(shutterstock via KOMPAS.COM)
Ilustrasi makan berlebihan(shutterstock via KOMPAS.COM)
Di malam menjelang tahun baru, saya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat beberapa kenalan nge-gas makan apa saja tanpa batas pantangan.

"Siapa tahu kita tidak bisa menikmatinya lagi di akhir tahun 2021 nanti karena kena covid-19. Jadi jor-joran aja sekarang. Nanti menyesal kalau tidak menikmati."

Perkataan Hadi (bukan nama sebenarnya), salah seorang teman, tentu saja tidaklah bijak. Menikmati boleh, tapi jangan keterlaluan. Apalagi usianya sudah tidak muda lagi. 

Untuk menjaga kesehatan tetap baik, bukan kuantitas yang menjadi persoalan utama, tapi kualitas.

Makan makanan yang bergizi seperti sayur bening, ikan goreng, tempe, tahu, ayam goreng, dan lain sebagainya lebih menjadi prioritas. Sate kambing, hati ayam, gorengan, apalagi ditambah dengan minuman beralkohol bukanlah pilihan konsumsi yang bijak.

Kita harus tetap disiplin menjaga asupan makanan ke dalam diri. Makanan yang bergizi, bukan hanya sekedar lezat, enak di lidah, tapi berbahaya bagi kesehatan. Lezat bagus, tapi juga harus bergizi untuk tubuh kita. Itu yang seharusnya menjadi kriteria makanan dan minuman pilihan.

4. Mengikuti protokol kesehatan ketika berada di luar rumah

Ilustrasi (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)
Ilustrasi (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)
Saya terkadang sedih kalau melihat kecenderungan akhir-akhir ini. Melihat kebanyakan orang sudah mulai cuek, masa bodoh dengan covid-19, meremehkan keberadaan corona yang mereka anggap cuma omong kosong dan tidak nyata.

Seperti pagi ini, saya heran melihat seorang perempuan memakai daster, yang menurut saya, dia adalah seorang ibu rumah tangga dengan perkiraan usia sekitar 30-an, sedang mengendarai sebuah sepeda motor matic. 

Apa yang aneh dengan itu?

Yang aneh bagi saya adalah ibu ini dengan santainya mengendarai motor tanpa memakai masker di dekat pasar yang kebetulan juga saya lewati, dan dengan pede-nya, dia mengendarai sepeda motor sambil menelepon! Tangan kanan memutar gas motor, tangan kiri mendekatkan smartphone ke telinga kiri.

Ibu itu rupanya tidak sadar bahwa apa yang dia lakukan sangat berbahaya. Bukan hanya berbahaya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk orang lain. Selain bisa terkena covid-19 di padatnya jalan di pasar, juga bisa terjadi kecelakaan lalu lintas.

Dua hari yang lalu, saya juga melihat ada tiga anak laki-laki mungkin seusia anak SMP sedang berbelanja di sebuah toko. Mereka tidak memakai masker dan berlaku bebas seakan dunia normal-normal saja. 

Janganlah kita menjadi skeptis, pasrah, dan cuek dengan keadaan. Tetap patuhi protokol kesehatan di mana pun kita berada saat di luar rumah. Tetap pakai masker; cuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir; membawa hand sanitizer di saat tidak ada sabun dan air; menghindari kerumunan; dan jaga jarak aman antar sesama saat berada di tempat publik.

Kalau Anda tidak peduli dengan kesehatan Anda, lalu siapa yang akan peduli?

5. Bergabung di komunitas yang positif

Ilustrasi (KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA)
Ilustrasi (KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA)
Manusia adalah makhluk sosial, tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Memang kondisi pandemi membuat kita tidak bisa bertemu secara langsung, namun bukan berarti tidak dapat bertemu di dunia maya.

Bergabung di komunitas yang positif dapat memberi semangat untuk tumbuh bersama, berjuang bareng, dan saling memberi semangat serta menumbuhkan motivasi antara yang satu dengan yang lain. 

Dengan ikut aktif dalam suatu komunitas yang positif, Anda jadi ikut terpengaruh dalam aura yang positif.

* * *

"Ah, basi. Yang kayak begini sih saya sudah tahu!"

Mungkin Anda berkata seperti itu setelah membaca tulisan ini. Atau malah ada yang setelah membaca poin keempat tentang prokes sudah berhenti dan tidak melanjutkan membaca. Atau mungkin juga sudah stop menyimak di poin ketiga, kedua, atau kesatu. Salah seorang teman, sebut saja Robin, berkata kepada saya, "Gimana bisa berpikir positif? Aku sedang bingung karena di-PHK. Bagaimana bisa memandang situasi dari sisi yang baik?"

Yah, semua kembali kepada diri kita masing-masing. Kita masih belum tahu kapan covid-19 akan berakhir. PHK, ekonomi keluarga seret karena penghasilan yang merosot drastis, anggota keluarga yang mengalami sakit penyakit, semua masalah tersebut ada di dunia dan diderita pribadi lepas pribadi.

Apa yang kita pilih menentukan hidup kita ke depan. Apa kita menyerah dan cuek dengan keadaan, serta melanggar protokol kesehatan; atau kita berjuang melawan covid-19 dengan melakukan lima hal di atas demi keberlangsungan diri dan keluarga?

Anda cukup menjawabnya di dalam hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun