Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berikut 3 Hal yang Orangtua Perlu Persiapkan Saat Anak Kembali Belajar

3 Januari 2021   14:55 Diperbarui: 3 Januari 2021   15:09 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (DOK. TANOTO FOUNDATION via KOMPAS.COM)

Libur sebentar lagi usai. Anak harus kembali belajar dan masih dalam keadaan status Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Kembali belajar di saat seperti ini memang tidak menyenangkan, tapi apa boleh buat. Suka tidak suka, kita harus menghadapinya.

Karena keadaan masih seperti di semester ganjil sebelumnya, orangtua perlu mempersiapkan segala sesuatu untuk buah hati supaya belajar menjadi lancar jaya dan tanpa hambatan. 

Menimbang ada banyak sekali yang harus dipersiapkan, setelah saya telaah, Anda sebagai orangtua cukup mempersiapkan 3 (tiga) hal ini, supaya ketika anak kembali belajar di semester genap, proses belajar bisa berjalan tanpa kendala.

Apa saja tiga hal tersebut?

1. Buku pelajaran, buku tulis, dan ATK

Ilustrasi (DOK. TANOTO FOUNDATION via KOMPAS.COM)
Ilustrasi (DOK. TANOTO FOUNDATION via KOMPAS.COM)
Tentu saja; buku pelajaran, buku tulis, dan ATK (alat tulis kantor) menjadi hal yang sangat pokok dan utama guna meraih prestasi gemilang dalam belajar.

Pastikan buku pelajaran anak Anda sudah lengkap, sehingga putra-putri bisa mempelajari materi pelajaran dengan baik dan tidak tertunda karena ketiadaan buku.

Untungnya, di beberapa sekolah dimana murid-murid les saya bersekolah sudah menganjurkan para orangtua untuk membeli satu paket buku pelajaran untuk satu tahun ajaran yang terdiri dari buku pelajaran inti dan buku LKS (Lembar Kerja Siswa) sebelum akhir semester satu, sehingga murid-murid les saya tidak pusing lagi menebak-nebak apa yang harus mereka pelajari di semester genap.

Malahan, kebanyakan dari mereka "mencuri start", mengerjakan tugas-tugas di buku pelajaran inti dan LKS.

"Supaya waktu guru memberikan tugas nanti, tugas sudah selesai, Pak."

Kebanyakan orangtua beralasan seperti itu. Saya memaklumi karena saya melihat sendiri betapa bertumpuknya tugas dan PR tiada henti ketika murid-murid les saya menjalani PJJ dari Maret 2020 sampai Desember 2020.

Jadi pastikan buku pelajaran lengkap sehingga proses belajar nanti bisa terlaksana dengan baik.

Selain itu, buku tulis dan ATK seperti pulpen, pensil, penghapus, penggaris, dan lain sebagainya terpenuhi dan stok cukup supaya anak bisa menggunakan dengan leluasa tanpa takut kehabisan saat belajar. 

2. Gawai dan anggaran kuota internet

Ilustrasi peserta didik sedang menjalani PJJ (KOMPAS.COM/ROSYID A AZHAR)
Ilustrasi peserta didik sedang menjalani PJJ (KOMPAS.COM/ROSYID A AZHAR)
Gawai menjadi "peralatan tempur" yang sangat dibutuhkan di saat PJJ. Laptop atau smartphone merupakan perangkat wajib dalam mengikuti PJJ.

Kiranya Anda, sebagai orangtua, bisa memeriksa "kesehatan" daripada gawai yang anak Anda gunakan. Sembilan bulan menggunakan gawai, terutama smartphone, tentu saja mengurangi "kemampuan", kinerja dari smartphone tersebut.

Belum lagi kalau anak juga menggunakan smartphone untuk bermain game online. Bisa dikatakan sang smartphone full aktivitas dari matahari terbit sampai sang pemilik merebahkan tubuh di kasur untuk pergi ke dunia mimpi di saat malam.

Hampir 16 jam dalam sehari. 

Oleh karena itu, Anda harus memeriksa apakah ketangguhan smartphone putra-putri masih prima atau sudah mulai menurun. 

Anda bisa meminta tolong pada kenalan yang lumayan tahu perihal kinerja smartphone sehingga bisa mencegah smartphone mati total sebelum terjadi.

Anggaran untuk membeli kuota internet juga harus mendapat perhatian. Orangtua harus memberikan anggaran yang cukup supaya PJJ tidak tersendat. Meskipun ada bantuan kuota internet dari pemerintah, terkadang ada beberapa hal di luar itu yang juga harus terpenuhi.

Saran dari saya, Anda bisa mengevaluasi seberapa berhasilnya anak dalam mengikuti PJJ pada semester ganjil sebelumnya. Anda dapat menelaah hasil yang diperoleh anak di rapor semester ganjil lalu.

Anda juga bisa melihat bagaimana anak belajar di rumah dan setelah belajar. 

Saya sendiri melihat beberapa murid les saya yang, bisa dikatakan, lebih banyak bermain game online daripada belajar.

Parahnya lagi, kebanyakan orangtua tidak tahu-menahu soal smartphone. Ayah dan ibu bekerja di mayoritas keluarga murid-murid les saya sehingga mereka mengira, dengan memberikan smartphone, putra-putri dapat belajar tanpa hambatan.

Memang benar tanpa hambatan, tapi juga kendala lain, hal negatif yang menghampiri adalah anak dapat bermain game online tanpa hambatan dan orangtua hanya bisa mengomel berkepanjangan perihal kecanduan anak pada game online dan menonton YouTube, tapi orangtua tidak bisa berbuat apa-apa.

Kalau smartphone diambil, bagaimana anak bisa mengikuti PJJ? Itu menjadi persoalan.

Sebenarnya, ponsel pintar saat ini sudah dilengkapi dengan berbagai fitur yang sangat bermanfaat dan membantu kita dalam kehidupan. Dalam kasus penggunaan kuota internet oleh anak, salah satu fiturnya adalah smartphone bisa menunjukkan seberapa banyak kuota internet yang putra-putri gunakan dalam sebulan dan kuota tersebut mereka gunakan untuk mengakses aplikasi-aplikasi yang mana saja.

Misalnya, saya pernah menunjukkan kepada Bu Lina (bukan nama sebenarnya), ibu dari murid les saya, Brandon (nama samaran) mengenai fitur kalkulasi penggunaan kuota internet yang sudah putranya gunakan dan pada aplikasi-aplikasi apa saja.

Di bulan September 2020, sebagai contoh, ternyata penggunaan kuota internet di bulan tersebut adalah untuk main game online sebesar 5 GB dan menonton YouTube sejumlah 4 GB. Berbanding terbalik dengan penggunaan WhatsApp (WA) dan aplikasi penunjang belajar seperti Zoom, Google Classroom, dan lain sebagainya yang hanya menguras kuota sebesar 1 GB.

Apa kesimpulannya?

Jelas, sang anak, Brandon, lebih banyak menggunakan smartphone untuk hal-hal di luar bidang pendidikan, sehingga mempengaruhi prestasi belajar.

"Jadi gimana mengatasi masalah ini, Pak Anton?" tanya Bu Lina.

"Sekarang setiap smartphone mempunyai fitur dan aplikasi yang bisa mengatur aplikasi-aplikasi apa saja yang aman diakses oleh anak; dan juga bisa membatasi seberapa lama anak mengaksesnya; juga dapat memberikan batas kuota internet yang anak bisa gunakan dalam sehari," kata saya.

"Memang bisa seperti itu?" 

"Iya, bisa, Bu. Namanya Kid's Space. Atau dalam bahasa Indonesia disebut Mode Anak-anak. Dengan menyalakan aplikasi atau fitur ini, Anda bisa memberikan batasan waktu seberapa lama Brandon bisa mengakses aplikasi-aplikasi tertentu dan seberapa banyak kuota internet yang digunakan anak dalam menjalankan beberapa program..."

Saya menerapkan mode anak-anak pada smartphone Brandon dengan persetujuan Bu Lina dan suami. Syukurlah, meskipun ada sedikit pertentangan di awal, Brandon sedikit demi sedikit bisa mengerti kenapa orangtuanya mengizinkan berlakunya mode anak-anak tersebut. Demi kebaikannya, demi masa depannya, supaya pendidikan menjadi nomor satu dalam kehidupannya.

Anda bisa menerapkan hal yang sama seperti Bu Lina, menggunakan mode anak-anak atau Kid's Space supaya putra-putri tidak kecanduan gawai dan tahu akan tanggung jawab mereka dalam keseharian.

Jika Anda tidak mengetahui cara mengaktifkan mode anak-anak tersebut, Anda bisa membawa smartphone anak Anda ke service center yang sesuai dengan merek smartphone. Mintalah tolong kepada petugas service center tersebut untuk mengajari Anda cara mengaktifkan dan menonaktifkan mode anak-anak. Dengan begitu, Anda mempunyai "kendali" sepenuhnya pada smartphone putra-putri Anda.

Dengan adanya pembatasan lewat mode anak-anak, anggaran kuota internet akan digunakan oleh anak secara "bijak" karena sudah ada program atau aplikasi di smartphone yang mengaturnya.

3. Jadwal harian anak

Ilustrasi dua peserta didik mengerjakan tugas (ANTARA FOTO/SYAIFUL ARIF via KOMPAS.COM)
Ilustrasi dua peserta didik mengerjakan tugas (ANTARA FOTO/SYAIFUL ARIF via KOMPAS.COM)
Dengan adanya pandemi covid-19, PJJ harus berlangsung, dan jadwal harian anak yang dulunya belajar di sekolah menjadi belajar dari rumah, tapi seakan tidak manusiawi.

Kenapa saya katakan tidak manusiawi?

Karena kalau dulu guru memberikan PR dan tugas yang mungkin hanya beberapa nomor dan bisa dihitung dengan jari; tapi sekarang menggunakan jari-jari tangan dan ditambah jari-jari kaki saja tidak cukup untuk menghitung jumlah nomor soal yang diberikan guru.

Memang tidak semua guru memberikan PR dan tugas yang seabrek kepada peserta didik, tapi kebanyakan fakta di lapangan menunjukkan seperti itu.

Seperti contoh pada dua murid les privat saya.

Alvin (bukan nama sebenarnya), berstatus sebagai siswa kelas enam di salah satu SD swasta yang cukup ternama di Samarinda, mendapat PR mengerjakan sebanyak 40 nomor soal dari Tema @nomention, subtema @nomention.

Tugas harus dikerjakan pada hari tersebut, difoto, dan foto tugas dikumpulkan ke WA guru paling lambat jam 22.00 WITA atau jam 10 malam Waktu Indonesia Tengah.

Saya membantu mengerjakan PR tersebut. Membantu, bukan memberikan jawaban. Sebenarnya kalau mau gampang dan cepat, saya bisa saja memberikan jawaban langsung. Anak dan orangtua senang tugas selesai dan kewajiban saya juga tuntas.

Namun, kalau saya melakukan seperti itu, bukan anak yang jadi pintar, tapi saya yang jadi tambah pintar. Yang sekolah berarti saya, bukan sang anak.

Jessica (nama samaran), murid les saya yang berstatus siswi kelas XII di salah satu SMA swasta terkemuka di Samarinda juga mengalami perlakuan yang sama. Tugas bertumpuk dan deadline penyerahan tugas paling lambat jam sepuluh malam.

"Apakah guru mengira kami ini main-main saja di rumah sehingga mereka memberikan banyak tugas untuk dikerjakan?" keluh Jessica.

Masukan saya untuk Anda, perlu adanya komunikasi yang baik antara Anda sebagai orangtua dan guru sekolah dalam membuat jadwal harian anak.

Orangtua perlu memberikan saran dan kritik yang membangun perihal PR dan tugas yang guru berikan, baik dari segi jumlah, tingkat kesulitan, dan tanggal penyerahan yang tidak memberatkan peserta didik.

Dengan adanya saling pengertian antara orangtua dan guru tentang adanya waktu bebas bagi anak untuk bermain dan menikmati hobi, jadwal harian anak bisa seimbang antara belajar demi masa depan; dan bermain demi kesehatan raga dan mental.

* * *

Demikianlah tiga hal yang Anda sebagai orangtua perlu persiapkan saat putra-putri kembali belajar. Ini memang murni dari pengamatan saya di semester ganjil di saat pandemi di tahun 2020, kita mengalami "kegagapan" dalam menghadapi PJJ.

Semoga bermanfaat dan tetap semangat, karena kewajiban Anda selaku orangtua saat ini bukan hanya sebagai pendidik, tapi juga pengajar bagi putra-putri tercinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun