Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

5 Aktivitas Aman nan Menyenangkan untuk Mengisi Liburan Akhir Tahun di Saat Saya Masih Belia

27 Desember 2020   22:08 Diperbarui: 27 Desember 2020   22:31 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Permainan Monopoli(the guardian via KOMPAS.COM)

Libur telah tiba, libur telah tiba, hore, hore, horeee...

Tak asing dengan lirik  lagu di atas?

Biasanya anak sekolahan sangat suka dengan libur, karena untuk sejenak otak rehat dari setumpuk tugas dan ruwetnya angka-angka dalam soal matematika apabila tak suka dengan mata pelajaran yang satu ini.

Keinginan untuk mengisi liburan akhir tahun dengan bepergian ke luar kota tentu menjadi hasrat terbesar, namun apa daya, pandemi covid-19 masih juga belum mereda.

Ada beberapa pemerintah daerah yang menutup area wisata dengan tujuan supaya masyarakat tidak berbondong-bondong berkerumun di beberapa tempat wisata sehingga covid-19 bisa diredam penyebarannya.

Anak-anak kecewa. Orangtua juga kecewa karena kesempatan untuk refreshing sirna begitu saja.

Meskipun demikian, tinggal di rumah saja selama liburan bukan berarti tidak ada kesan dan makna yang mendalam. 

Secara pribadi, saya tidak mengalami liburan akhir tahun di luar kota saat masa kecil dulu sampai lulus SMA. Kenapa? Karena keuangan keluarga tidak memungkinkan.

Bisnis ayah bangkrut, sehingga semua aset harus dijual untuk melunasi utang, dan akibatnya, hidup menjadi sulit. Untuk makan sehari-hari saja sudah sukar memenuhi, apalagi untuk pergi liburan keluar kota. Dana dari mana?

Mengisi liburan akhir tahun saat saya masih kecil sampai lulus SMA memang hanya di sekitar rumah, namun bukan berarti tidak berkesan. 

Ada 5 (lima) aktivitas yang saya lakukan untuk mengisi liburan akhir tahun saat masa kecil dulu. Mungkin terkesan biasa, tapi di kondisi waktu itu, saya terpaksa menjalani, dan pada akhirnya membentuk saya seperti sekarang.

Apa saja lima aktivitas aman nan menyenangkan yang pernah saya lakukan untuk mengisi liburan akhir tahun di saat masih kecil dulu?

1. Berkebun

Ilustrasi berkebun(Shutterstock via KOMPAS.COM)
Ilustrasi berkebun(Shutterstock via KOMPAS.COM)
Kegiatan berkebun sangatlah membekas dalam hidup saya semasa kecil. 

Dari berkebun, banyak hal yang saya pelajari.

Pertama, Ada proses teratur yang harus dilakukan

Hidup itu berproses. Ada langkah demi langkah yang harus kita tempuh.

Lewat berkebun, saya belajar bahwa untuk mendapatkan keindahan dari mekarnya bunga wijayakusuma saat malam atau "gemuk"-nya lidah buaya, ada tahapan-tahapan yang harus dijalani.

Mulai dari menyiapkan pot-pot, tanah, pupuk, dan tanaman; kemudian keteraturan dalam menyiram dan memotong jika ada daun atau lidah buaya yang kering di beberapa bagian.

Kedua, Konsistensi dalam merawat

Merawat tidak bisa hanya dalam satu atau dua hari. Harus konsisten setiap hari, terus-menerus tanpa henti. Kemalasan akan menyebabkan tumbuhan tidak berkembang secara baik.

Ketiga, Disiplin

Keberhasilan bisa dicapai karena sebelumnya ada disiplin yang mendahului.

Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Sukses diperoleh oleh segebung kerja keras tiada henti, bukan oleh karena satu atau dua kali tindakan saja.

Mengisi liburan dengan berkebun menjadi bermakna, karena bukan hanya kesenangan yang didapat, tapi juga nilai-nilai kehidupan yang berguna sebagai bekal di masa depan.

2. Membuat kue

Ilustrasi nastar isi selai nanas (SHUTTERSTOCK/EDGUNN via KOMPAS.COM)
Ilustrasi nastar isi selai nanas (SHUTTERSTOCK/EDGUNN via KOMPAS.COM)
Karena liburan akhir tahun jatuh di bulan Desember, otomatis Natal menjadi hari yang ditunggu-tunggu dibanding liburan di bulan-bulan yang lain.

Kenapa sangat dinanti?

Karena ibu biasanya membuat kue-kue kering sebagai penganan sebelum Natal tiba.

Membantu ibu mengocok telur, mengoles hasil kocokan telur di atas setiap nastar, adalah salah satu contoh yang dulu pernah saya lakukan, karena ibu meminta saya melakukan hal tersebut.

Namun, sedikit banyak, ibu melibatkan saya dalam proses pembuatan kue. Saya melihat bagaimana ibu mengolah adonan kue sedemikian rupa dengan telaten, lalu membuat setiap nastar dengan saksama.

Kemudian setelah kumpulan nastar sudah sedia di loyang, nastar siap dipanggang di dalam oven.

Nastar yang siap untuk dimakan beberapa saat kemudian harus ditempatkan di beberapa stoples. Saya bertugas menempatkan nastar-nastar mungil tersebut di stoples-stoples yang tersedia.

Meskipun tidak terjun seratus persen dalam proses pembuatan kue, kebanggaan sewaktu mendengar ibu mengatakan kepada semua orang kalau saya juga turut membantu dalam membuat kue sangatlah berarti. Memakannya pun jadi lebih bermakna, karena itu termasuk hasil karya saya.

Kurang lebih sama dengan berkebun, ada nilai-nilai kehidupan yang ibu ingin ajarkan pada saya lewat kegiatan membuat kue.

Tentu saja, tiga nilai sama dengan berkebun dimana ada proses teratur yang harus dilakukan, konsistensi dalam merawat (adonan), dan disiplin dalam pembuatan.

Tapi, ada satu nilai yang menjadi poin utama dalam membuat kue yaitu menghargai makanan yang ada.

Jangan membuang makanan karena, selain proses yang cukup lama dalam membuatnya, juga ada sejumlah uang yang telah dikeluarkan untuk membeli bahan-bahan pembuat kue.

Selain itu, ada beberapa warga yang mengalami kesulitan secara finansial yang mengakibatkan mereka tidak mempunyai cukup uang untuk membeli bahan makanan, sehingga sebutir nasi pun sangatlah berharga bagi mereka.

Saya belajar dari proses membuat kue bahwa setiap makanan harus dihargai dan jangan membuang makanan. Waktu saya berkuliah dulu, saya menjadi lebih bisa memaknai nilai moral perihal betapa berharganya makanan bagi kehidupan, karena didikan dari ibu saat membuat kue.

3. Bermain musik

Ilustrasi bermain alat musik bersama keluarga (DOK. SHUTTERSTOCK via KOMPAS.COM)
Ilustrasi bermain alat musik bersama keluarga (DOK. SHUTTERSTOCK via KOMPAS.COM)
Memainkan alat musik merupakan kegiatan yang tak asing di keluarga kami. Piano, gitar, dan keyboard kecil tersedia, siap memperdengarkan nada-nada merdu.

Terkadang dulu saya memainkan piano karena masih berminat memainkan, tapi kemudian saya lebih menaruh perhatian pada gitar, terutama permainan gitar tunggal, memainkan bas dan melodi secara bersamaan dalam satu gitar.

Pertimbangan, karena suatu saat kelak, saya harus kuliah di kota lain di luar Balikpapan, otomatis, lebih mudah membawa gitar daripada menggotong piano.

Sayangnya, waktu itu tidak ada YouTube. Seandainya ada, saya pasti akan mengunggahnya ke YouTube. Setelah bertahun-tahun kemudian, saya baru bisa mewujudkannya. Di bawah ini salah dua dari lagu-lagu yang sudah saya unggah.


Sampai sekarang, saya masih bermain gitar. Selama masih sanggup, saya akan tetap bermain gitar. Mudah-mudahan Tuhan tetap mengaruniakan kesehatan; dan tetap menjaga kedua tangan dan jari-jari utuh sampai kapan pun.

4. Bermain monopoly, catur, remi, dan "cangkul"

Permainan Monopoli(the guardian via KOMPAS.COM)
Permainan Monopoli(the guardian via KOMPAS.COM)
Karena dulu tidak ada internet, tidak ada hiburan lain selain buku, TVRI sebagai satu-satunya saluran televisi; permainan-permainan ini, yang mungkin tak dikenal mayoritas anak zaman now, yang kami sekeluarga mainkan.

Permainan-permainan seperti monopoly, catur, remi, dan "cangkul" menjadi hiburan di kala senggang setelah berkebun, membuat kue, atau bermain musik.

Saudara-saudara, kakak-kakak berkumpul di saat mendekati Natal dan Tahun Baru di rumah orangtua di Balikpapan waktu itu, karena ada yang merantau ke kota lain untuk kuliah atau bekerja.

Monopoly, catur, remi, dan "cangkul" menjadi pengisi waktu yang sekarang ini, sayangnya, tidak dikenal oleh kebanyakan anak zaman now yang lebih dekat dengan game online.

Padahal, lewat bermain monopoly, ada nilai edukasi di dalamnya, yaitu mengajarkan wirausaha, bagaimana mengelola keuangan, dan mengasah keterampilan akan matematika. Begitu juga dengan remi dan "cangkul".

Sedangkan lewat catur, saya belajar bagaimana mengatur strategi untuk memenangkan pertandingan dengan sportif. Perlu mengasah otak dan tidak gegabah dalam mengambil langkah. Salah langkah, bisa di-skakmat.

5. Membaca buku

Ilustrasi (THINKSTOCK.COM via KOMPAS.COM)
Ilustrasi (THINKSTOCK.COM via KOMPAS.COM)
Perkara yang satu ini tidaklah sukar dilakukan karena di rumah ada banyak buku. Ayah dan ibu adalah pembaca yang "lapar" akan pengetahuan.

Buku, majalah, koran, komik, dan novel tersedia.

Meskipun tidak bisa bepergian, pikiran bisa pergi ke mana saja dengan cara membaca buku dan sumber-sumber bacaan lainnya.

Sayangnya, saat itu, tidak ada internet, tidak ada blog seperti Kompasiana. Kalau ada, mungkin saya sudah menuangkan buah pikiran saya ke dunia maya lewat Kompasiana.

* * *

Tidak bisa bepergian di saat liburan bukan berarti tidak dapat melakukan sesuatu yang berarti. Kesehatan dan keselamatan kita semua lebih penting daripada kesenangan sesaat ketika mengunjungi objek wisata di tengah pandemi covid-19.

Kemungkinan terpapar corona sangatlah besar di kerumunan. Oleh karena itu, lebih aman dan menyenangkan apabila mengisi liburan di rumah untuk sementara waktu, sambil menunggu vaksin tiba dan virus mereda.

Lima aktivitas masa kecil yang saya alami kiranya bisa menjadi pilihan bagi Anda dan keluarga dalam mengisi liburan akhir tahun, karena hiburan yang sebenarnya, kebahagiaan yang murni bukan diperoleh dari glamornya dunia luar, tapi kebahagiaan yang sejati didapat dari kehangatan dalam sebuah keluarga.

"Kebahagiaan yang sejati didapat dari kehangatan dalam sebuah keluarga."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun