Menurut saya, ada 3 (tiga) hal yang guru seharusnya lakukan.
1. Guru perlu memiliki empati, menempatkan diri dalam posisi beberapa orangtua murid tersebut
Sekali lagi, saya tidak menyalahkan Pak Dani. Sama sekali tidak. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) memang menyulitkan dalam penerapan.
Guru memang kebanyakan mendapat "serangan", mulai dari masalah memberikan PR terlalu banyak, mengajar lewat aplikasi “tatap muka” terlalu lama, minim dan jeleknya komunikasi dengan orangtua, dan lain sebagainya.
Tak salah melihat dari sisi guru, tapi juga guru perlu melihat dari sisi orangtua dan murid.
Guru perlu memiliki empati, menempatkan diri dalam posisi beberapa orangtua murid yang menolak pembelajaran tatap muka tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan berikut bisa dipertanyakan dalam hati.
Apakah anak mempunyai penyakit bawaan yang rawan terkena covid-19?
Apakah orangtua mempunyai kesehatan yang juga rawan akan virus Corona yang kemungkinan bisa terbawa tanpa sengaja oleh anak sepulang dari sekolah?
Apakah ada ketakutan dari orangtua kalau anak akan terkena covid-19?
Apakah ada kakek dan nenek di rumah sehingga menyebabkan orangtua murid keberatan jika anak memperoleh pembelajaran tatap muka di sekolah?
Dengan mengajukan berbagai pertanyaan dari sudut pandang orangtua, guru jadi bisa menyelami keberatan mereka, karena sebenarnya, guru pun juga adalah "orangtua". Pastinya tidak ada orangtua yang ingin anak dan anggota keluarganya mengalami musibah atau kematian.