Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nama Berubah Gara-Gara Sebuah "Koma"

15 Desember 2020   19:55 Diperbarui: 16 Desember 2020   21:20 1307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi(Pexels via KOMPAS.COM)

Sebenarnya sudah lama sekali saya ingin menuliskan ini, tetapi selalu timbul keraguan dalam hati. Seperti membuka aib sendiri.

Tapi setelah menimbang selama beberapa purnama, saya pun memutuskan untuk menuliskannya. Sebagai pengingat bagi diri dan syukur-syukur juga bisa bermanfaat bagi orang lain yang membaca tulisan sederhana ini.

Perihal nama yang menjadi persoalan saya selama ini. 

Nama saya di daftar absensi SD, SMP, SMA, bahkan sampai Perguruan Tinggi adalah "Anton Hamdali".

Nomor urut di daftar absensi selalu berada dalam urutan lima besar, yaitu di nomor satu, dua, atau tiga.

Menjengkelkan? Tentu saja, apalagi kalau ada tugas guru yang mewajibkan peserta didik untuk tampil di depan kelas, seperti membaca puisi, menari (dulu saya dan teman-teman pernah harus menari kreasi di depan kelas. Kalau ingat, rasanya malu sekali), menyanyi, dan lain sebagainya.

Kebanyakan guru saya dulu suka memanggil peserta didik sesuai nomor urut di daftar absensi. Yah, terima nasib waktu dipanggil, misalnya saat guru mengambil nilai murid saat membaca puisi atau menyanyi. Daripada tidak dapat nilai, lebih baik tidak mengeluh dan maju saja. Lebih cepat maju, lebih cepat dapat nilai, dan lebih cepat santai.

Sampai kuliah, nama saya selalu berada di urutan lima besar, meskipun dalam prestasi, jangankan lima besar. Masuk sepuluh besar atau dua puluh besar saja bisa dikatakan susahnya setengah mati.

Yang sempat saya sesalkan (dulu, waktu kecil), kenapa nama saya huruf pertamanya berawalan "A". Kenapa tidak berawalan B, C, D, atau Z sekalian supaya mendapat giliran belakangan saat dipanggil guru.

Tapi setelahnya, saya menjadi terbiasa, selalu siap, karena kemungkinan dipanggil guru untuk tampil perdana di depan kelas hampir 99 persen.

Hanya saja, setelah mendapat ijazah, nama "Hamdali Anton" yang terpampang, bukan "Anton Hamdali". Sempat bertanya pada orangtua, namun mereka tidak bisa memberikan jawaban kenapa hal ini bisa terjadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun