Sembilan bulan. Tak terasa hampir setahun kita menghadapi pandemi covid-19 yang sudah memorakporandakan tatanan kehidupan.
Waktu mengajar jadi berkurang karena ada beberapa les privat yang terpaksa off dulu dikarenakan alasan kesehatan yang sudah sepatutnya menjadi pertimbangan keselamatan.
Saya tidak menyalahkan beberapa orangtua murid les yang mengambil keputusan seperti itu, karena demi kesehatan, dengan berat hati mereka mengambil jalan itu.
Puji Tuhan, Tuhan memberikan sumber-sumber pendapatan lain. Ada yang meminta saya mengajar les putra-putri mereka yang tentu saja tidak saya tolak. Masa rezeki ditolak ^_^.
Namun kondisi sibuk dalam mengajar tidak lagi menyita sebagian besar waktu dalam sehari. Dibanding sebelum covid-19 muncul, pendapatan tergerus lumayan signifikan. Oleh karena itu, saya juga menjalani bisnis online.
Sembari menjalani bisnis online yang masih sepi pembeli karena hanya mengandalkan cara organik, belum memakai iklan facebook atau instagram, di waktu lowong saya kembali lagi ke dua hobi yang sebenarnya tetap saya lakukan di saat sebelum pandemi covid-19, tapi dikarenakan kesibukan mengajar dan berbisnis online, dua hobi ini sempat terabaikan.
Kelelahan. Itulah sebab utama. Apalagi kalau mengajar dari pagi sampai malam. Waktu untuk melakukan dua hobi ini jadi nyaris dikatakan "tidak ada".
Sekarang, di balik kesusahan, stres yang melanda karena pendapatan terdampak, ada hikmah yang bisa didapat. Saya bisa melakukan dua hobi ini tanpa hambatan.
Apa saja dua hobi saya itu?
Hobi #1- Menulis
Dulu saya biasa menulis di buku-buku kecil yang bisa saya taruh di saku kemeja atau celana. Dulu belum ada smartphone seperti sekarang.Â
Setelah ada smartphone, saya pun beralih menulis di smartphone melalui aplikasi pengolah kata. Dulu saya menayangkan di blog-blog gratisan seperti di blogspot dan wordpress.
Menulis di smartphone dan laptop menjadi keseharian meskipun minim pembaca di kedua blog tersebut.
Kompasiana menjadi "oasis" bagi saya untuk berbagi manfaat ke banyak orang meskipun keanggotaan menjadi kompasianer bisa dibilang terlambat.
Seandainya saya mengambil keputusan untuk bergabung dan menulis di mari lebih dini...
Ah, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, bukan?
Sempat vakum menulis, tapi saat pandemi covid-19, saya rutin kembali menulis di K.
Sayangnya, karena laptop rusak di akhir tahun 2019 lalu dan tidak bisa diperbaiki lagi karena sudah 13 tahun menemani saya, mau tidak mau dan suka tidak suka, terpaksa saya mengetik dan menayangkan tulisan di K melalui smartphone.
Sempat galau karena lambannya menghasilkan tulisan dengan hanya mengandalkan mengetik melalui "ketikan jari di layar smartphone", akhirnya solusi diperoleh dengan menggunakan keyboard fisik yang dihubungkan ke smartphone dengan bantuan kabel USB On-The-Go (OTG)
Dengan bantuan keyboard fisik tadi, komitmen satu hari - satu tulisan bisa tercapai. Tulisan tergantung kondisi, bisa puisi atau tulisan agak sedikit panjang dengan kisaran 500 sampai 1.500 kata sesuai kemampuan.
Seperti yang pernah saya tuliskan, tujuan saya menulis adalah untuk membagikan pengalaman atau apa pun yang mungkin bermanfaat bagi orang lain atau syukur-syukur bisa memecahkan masalah si pembaca.
Selain itu, sebagai guru, menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik harus clear, jelas, sehingga kesalahpahaman atau ketidakmengertian yang dialami peserta didik bisa diminimalisir atau sedapat mungkin tidak ada kata "belum mengerti" atau "belum paham" dari murid.
Puji Tuhan, ada beberapa tulisan saya dan juga puisi yang mendapat apresiasi dari beberapa kompasianer.Â
Meskipun saya jarang berkunjung balik ke tulisan-tulisan para rekan kompasianer dikarenakan kesibukan mengajar, berbisnis online, menulis (tentu saja), dan satu lagi hobi lain yang nanti akan saya ceritakan sesudah ini; namun saya mencoba sebisanya untuk balik berkunjung walaupun sukar melakukannya.
Tak disangka, dari Maret 2020 sampai November ini, saya mendapat beberapa K-Rewards. Sempat kurang produktif di bulan-bulan tertentu, karena kesibukan mengajar dan berbisnis online, tapi kerinduan akan Kompasiana membuat saya "come back", rutin menulis di mari.
Sekali lagi, bukan nominal K-Rewards yang menjadi dorongan, tetapi niat berbagi manfaat dan supaya pesan saya clear tersampaikan dengan baik kepada peserta didik.
Tapi kalau mendapat K-Rewards, tentu saja saya tidak menolak. Kapan lagi mengerjakan hobi dan sekaligus dibayar, hehehe.
Ini dua K-Rewards di dua bulan terakhir.
Yah, lumayan. Buat beli kuota internet untuk sebulan. Paling tidak, Kompasiana mendanai hobi saya dalam menulis.
Pernah juga saya menang di beberapa blog competition yang diadakan oleh beberapa komunitas di Kompasiana. Masih bisa dihitung jari berapa kali saya menang.
Namun salah satu yang paling berkesan, baik dari segi peringkat maupun hadiahnya, adalah saat saya menang di blog competition yang kebetulan diadakan oleh Semarkutiga Community di bulan Februari 2020.Â
Dan, tidak tanggung-tanggung, saya menyabet pemenang 1. Padahal, saya tidak punya target apa-apa dan juga tidak bermimpi soal menang-kalah. Menimbang juga yang ikut serta memeriahkan kompetisi bukan kompasianer sembarangan. Saya sih belum ada apa-apanya dalam menulis.
Eh ternyata saya meraih gelar juara pertama dan mendapatkan hadiah uang yang sangat bernilai dan membantu sekali mendekati masa pandemi covid-19 di bulan Maret-nya.
Pengumuman Pemenang Event Semarkutiga Berbagi Tips dan Trik Unik
Baca juga :ÂNgomong-ngomong, ini adalah peringkat tertinggi dan hadiah terbesar yang pernah saya raih dalam berbagai blog competition yang pernah saya ikuti.
Apakah saya berambisi dalam kompetisi kali ini?
Tetap sama seperti kompetisi-kompetisi sebelumnya. Saya hanya ikut memeriahkan, berpartisipasi dalam kompetisi. Yang terpenting bagi saya adalah tulisan saya ini bisa bermanfaat bagi sesama.
Kalah-menang itu biasa.
Kalau menang? Tentu saja saya senang. Bohong kalau tidak senang saat menang ^_^.
Hobi #2- Bermain gitar
Gitar. Benda yang selalu ada dimana pun saya tinggal.
Sayangnya, profesi sebagai guru bahasa Inggris tidak terlalu berhubungan dengan gitaran, meskipun saya dulu mengajar di berbagai Sekolah Dasar, tapi ada beberapa guru yang "sinis" dan mengatakan kalau menyanyi tidak ada sangkut pautnya dengan materi pelajaran.
"Kok banyak nyanyinya daripada belajarnya?"
Saya heran dengan komentar aneh seperti ini. Padahal kami mengajar di Sekolah Dasar, jadi wajar kalau menyanyi adalah salah satu cara belajar yang menyenangkan sesuai dengan anak usia dini yang masih dalam masa bermain.
Contohnya belajar tentang Numbers (Angka) dalam bahasa Inggris dari angka satu (one) sampai sepuluh (ten) pada peserta didik kelas satu SD. Kan lebih efektif dan mengena di hati murid kalau belajarnya lewat lagu dengan menyanyikannya.
Tapi memang pada intinya di Indonesia, "kejar materi sampai selesai" masih menjadi prioritas. Perkara peserta didik belajar dengan hati senang dan nyaman sepertinya diabaikan.
Tapi tentu saja akan melenceng dari membahas perihal hobi kalau berbicara tentang pengalaman saya dalam mengajar ^_^.
Yang jelas, saat pandemi, saya bisa mengatur waktu berlatih satu jam setiap hari secara rutin di jam tertentu.Â
Saya berlatih memainkan satu lagu tertentu dan mempersiapkan diri sebaik mungkin supaya permainan saya layak dan pantas ditayangkan di channel YouTube saya setiap hari Sabtu.
Sejauh ini, disiplin one week - one video masih bisa saya jalankan. Memang, ada "riak-riak" di tengah menjalani. Terkadang bosan; acap kali geregetan saat berlatih memainkan lagu yang terlihat mudah di awal pemikiran, tapi sewaktu melatihnya, saya menemui kesulitan untuk menguasai.
Meskipun banyak kekurangan di sana-sini dengan peralatan yang minim dan terbatas, saya bisa menuntaskan video-video gitaran walaupun, sekali lagi, banyak kekurangan.
Berikut beberapa video gitaran di channel YouTube saya di rentang sembilan bulan ini.
Tujuan saya dalam menayangkan permainan gitar dalam video adalah untuk menghibur diri sendiri dan juga untuk menghibur orang lain, apalagi di masa pandemi covid-19 saat ini.
Semoga terhibur setelah menonton dan mendengarkan permainan gitar saya yang jauh dari kata sempurna.
Kembali ke hobi, stres pun terobati
Hobi bagaikan obat bagi jiwa ini, apalagi kalau hobi yang dibayar. Mungkin seperti peribahasa "sambil menyelam minum air".
Apa pun hobi Anda, jikalau memang bermanfaat bagi Anda, layak untuk tetap dilakukan, apalagi kalau juga bermanfaat untuk sesama.
Bagi saya, menulis di Kompasiana sudah terbukti memberi manfaat bagi jiwa saya yang dilanda stres yang "lumayan" besar berkecamuk di dada di saat pandemi ini. Selain itu juga bermanfaat untuk orang lain. Terbukti ada beberapa komentar dari beberapa kompasianer yang mengapresiasi apa yang saya tulis, meskipun saya pribadi merasa tulisan saya masih belum bisa dibandingkan dengan tulisan-tulisan ciamik para kompasianer lainnya.
Bermain gitar dan menayangkan video gitaran di YouTube juga menjadi salah satu hobi yang rutin saya lakukan di masa pandemi ini.
Menghibur diri sendiri dan orang lain. Supaya bukan saya saja yang terhibur, tapi juga orang lain ikut terhibur setelah menonton dan mendengarkan petikan sederhana dari permainan gitar saya yang jauh dari kata sempurna.
Apa hobi Anda? Kalau itu bermanfaat, lakukan untuk meredakan stres Anda.
Kalau mau lebih oke lagi, lakukan hobi yang memang Anda sukai, kuasai, dan menghasilkan. Dengan begitu, bisa menjadi sumber pendapatan baru, atau mungkin malah jadi sumber pendapatan utama kelak di kemudian hari.
Semoga bisa terus berkarya dengan hobi Anda yang bermanfaat untuk diri sendiri dan sesama.
Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H