Hujan lumayan deras dari subuh
Aku terkenang pada masa silam
Saat kita berdua lari pagi di jalan
Udara pagi menggigit kulit
Selangkah dua
Kaki berayun silih berganti
Kita berendeng
Kau di kiri dan aku di kanan; atau sebaliknya, aku di kiri dan kau di kanan
Menyesuaikan pada posisi di lintasan mana kita berlari
Terkadang pagi cerah dengan berhiaskan bintang gemintang pada jam lima di saat yang lain masih tertidur lelap
Kita berdua berendeng berlari
Meraih kesehatan bersama dalam udara pagi
Namun, ada saat-saat di tengah kenikmatan berlari, kita diperhadapkan dengan rintik-rintik kecil yang sedikit mengusik kenyamanan berolahraga
Terkadang menjadi deras, di saat lain hanya rintik biasa
"Tak mengapa. Kita terus berlari saja. Cuma rintik biasa," begitu katamu saat diperhadapkan dengan rintik yang bagai semut kecil menggigit
Rintik itu seakan menghapus kekhawatiran akan celaka terjatuh atau terpeleset, karena kita saling mengisi satu sama lain
Tapi saat kau sudah "tiada", rintik ini sudah hilang khasiatnya
Rintik ini tak bisa menghapus luka itu
Luka karena kau yang membuatnya, melukai hatiku begitu rupa
Samarinda, 6 November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H