Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Drama Adu Penalti" Uji Materi Mapel Bahasa Inggris Dulu Vs Sekarang

4 November 2020   19:01 Diperbarui: 4 November 2020   19:08 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sayangnya, kebanyakan murid saya mengatakan bahwa mayoritas guru bahasa Inggris mereka melewatkan materi tersebut.

Ada laboratorium bahasa, tapi jarang dipakai, malah ada yang tidak pernah digunakan sama sekali, kecuali dipakai saat UN saja. Begitu penuturan dari kebanyakan murid les saya.

2. Speaking → Mendapat porsi sangat sedikit, bahkan nyaris tidak ada, karena terlalu banyak berkutat dengan drill, mengerjakan soal UN

Sudah bukan rahasia lagi kalau UN menjadi momok, bukan hanya bagi peserta didik, tapi juga bagi guru dan sekolah. 

Bagaimana seandainya kalau ada peserta didik yang tidak lulus UN? Bagaimana dengan peringkat dan nama baik sekolah jika nilai rata-rata UN murid jeblok?

Tak heran, proses belajar mengajar lebih dititikberatkan pada drill, mengerjakan soal yang berhubungan dengan UN, biarpun bukan di kelas sembilan SMP dan dua belas SMA.

3. Reading → Mendapat porsi terbesar, karena soal-soal UN hampir 90 persen memuat teks bacaan dan pertanyaan yang berhubungan dengan teks-teks tersebut

Tak bisa disangkal kalau proses belajar mengajar diisi dengan membahas tentang soal-soal UN yang "mendewakan" pemahaman membaca (reading comprehension).

Apakah peserta didik memahami yang mereka baca? Bicara masalah paham, saya menyimpulkan sebagai "Tidak", karena kalau saya menanyakan apa yang menjadi ide utama dari teks-teks tersebut, kebanyakan murid les tidak bisa menyebutkan. "Banyak kata-kata yang tidak tahu artinya, Pak," begitu kebanyakan mereka beralasan atas ketidakmampuan mereka dalam menyatakan ide utama teks bacaan.

4. Writing → Kurang mendapat perhatian guru dalam proses belajar mengajar

Saya bisa mengatakan kalau peserta didik tidak mendapat “kesempatan” untuk menulis berbagai teks yang sebenarnya harus mereka tulis sesuai materi ajar. 

Selain itu, peserta didik tidak mendapat pengetahuan perihal grammar yang menjadi modal dalam menulis. Imbasnya: kebanyakan peserta didik tidak mempunyai kemampuan menulis dalam bahasa Inggris.

Bagaimana hasil duel keduanya?

Kalau diibaratkan drama adu penalti di sepakbola, maka hasilnya, menurut saya sesuai dengan pemaparan di atas, adalah Draw, 1 - 1, karena Dulu lebih berfokus pada Writing Ability, sedangkan Sekarang pada Reading Comprehension

Masukan untuk Kurikulum Darurat dan ke depannya

Izinkan saya memberikan masukan untuk kurikulum darurat yang mungkin sedang diimplementasikan saat ini dan untuk pengembangan kurikulum yang lebih baik lagi ke depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun